Siaran Pers Earth Hour: Partisipasi Indonesia di Aksi Bersama Dunia 2009







Rekan-rekan yang baik,

Terlampir adalah Siaran Pers Kampanye Earth Hour yang diterbitkan kemarin sebagai tanda peluncuran Earth Hour di seluruh dunia, khususnya di negara yang turut berpartisipasi. Di Indonesia dalam hal ini adalah Jakarta, sebagai kota dengan tingkat konsumsi listrik tertinggi.

Kami mengajak semua rekan yang tinggal di Jakarta untuk berpartisipasi dalam aktivitas mematikan lampu selama 1 jam tanggal 28 Maret 2009, Pk 20.30. Dan, menjadi bagian dari gerakan global ini.

Atau klik juga link di bawah ini untuk melihat film promosinya:

Jangan lupa ajak teman, sahabat, rekan sekerja, saudara, orang rumah, semua orang yang kita kenal di jejaring Friendster, Multiply, atau Facebook untuk ikut serta.

Earth Hour untuk Indonesia,

SIARAN PERS



KAMPANYE "EARTH HOUR", AKSI BERSAMA DUNIA


· 74 kota di 62 negara berkomitmen selenggarakan Earth Hour 2009


· Earth Hour targetkan jangkau 1 milyar orang di 1.000 kota di dunia


· Kecenderungan perekonomian mengarah pada masa depan berkelanjutan


Jakarta, 10 Desember 2008: Sebanyak 74 kota di 62 negara berkomitmen mematikan lampu pada kampanye Earth Hour 2009 yang diselenggarakan oleh WWF di hari Sabtu, 28 Maret 2009 pukul 20.30 waktu setempat. Kampanye ini diharapkan dapat menjangkau lebih dari 1 milyar orang di 1.000 kota di seluruh dunia. Masyarakat, termasuk pelaku bisnis serta pemerintah, diminta mematikan lampu selama 1 jam sebagai dukungan bagi aksi penanggulangan perubahan iklim.


Earth Hour bertujuan untuk menunjukkan solidaritas global yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta pernyataan tanggung jawab dunia yang menjadi "pemanasan" bagi pertemuan para pemimpin dunia di Kopenhagen pada Desember 2009 untuk mencapai kesepakatan baru tentang iklim.dunia.


Inisiatif mematikan lampu ini berawal sebagai aksi penyadartahuan publik di Sydney, Australia, pada tahun 2007, yang kemudian berkembang pesat dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Kini 74 kota siap memadamkan lampu di tahun 2009. Kota-kota yang telah berkomitmen antara lain: Moskow, Los Angeles, Las Vegas, London, Hong Kong, Sydney, Roma, Manila, Oslo, Cape Town, Warsawa, Lisabon, Singapura, Istanbul, Mexico CIty, Toronto, Dubai, dan Kopenhagen.



Pada pukul 20.30 waktu setempat tanggal 28 Maret 2009, dunia akan menyaksikan beberapa bangunan ciri khas kota-kota dunia mematikan lampu mereka sebagai dukungan nyata terhadap penanganan perubahan iklim. Yang merupakan simbol kampanye ini antara lain: hotel tertinggi di dunia di Dubai- Burj Dubai, menara tertinggi di sejumlah benua - Canadian National (CN) Tower di Toronto, Moscow's Federation Tower dan Quirinale di Roma, kediaman resmi Presiden Italia, Giorgio Napolitano. Di Australia, lampu di Auckland's Sky Tower - menara tertinggi di belahan bumi selatan - akan dipadamkan, lalu diikuti oleh Gedung Opera Sydney. Sementara, di Afrika Selatan, pegunungan Table Mountain di Cape Town akan menandai Earth Hour dengan memadamkan sementara gemerlap lampunya.



Direktur Eksekutif Earth Hour Global, Andy Ridley mengatakan, "Beberapa kejadian akhir-akhir ini telah menunjukkan kepada kita bahwa dunia bisa bersatu ketika krisis. Krisis ekonomi global misalnya, ketika itu menjadi suatu isu penting multilateral, negara-negara adikuasa dapat mengambil keputusan bersama."



"Ketika nanti para pemimpin dunia bertemu di Kopenhagen pada Desember 2009 untuk negosiasi kesepakatan global baru mengenai perubahan iklim, mereka harus menyadari bahwa semua mata di dunia mengawasi mereka," ujar Mubariq Ahmad, Direktur Eksekutif WWF-Indonesia.



"Melalui Earth Hour inilah masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia, akan memiliki kesempatan untuk menyampaikan pesan tegas bahwa mereka mengawasi perkembangan yang terjadi dan mengharapkan tindakan nyata," lanjut Mubariq.



Direktur Program Iklim dan Energi WWF-Indonesia, Fitrian Ardiansyah, menyatakan bahwa WWF-Indonesia akan menggunakan Earth Hour sebagai momentum aksi penanggulangan perubahan iklim dan pencapaian pembangunan berkelanjutan di Indonesia.



"Kami memandang Earth Hour 2009 sebagai wadah yang sesuai untuk mengingatkan semua komponen masyarakat, terutama pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat umum bahwa penggunaan energi yang hemat tidak hanya berguna di sisi ekonomi tetapi juga berkontribusi kepada penyelamatan lingkungan dan penanggulangan perubahan iklim. Kegiatan ini juga selaras dengan Instruksi Presiden Nomor 2/2008 tentang Penghematan Energi dan Air," ujar Fitrian.



WWF-Indonesia akan menyelenggarakan Earth Hour di Jakarta dan Bali berdasarkan perhitungan tingkat konsumsi energi. "Jakarta dan Bali dipilih karena mewakili pemakaian energi termasuk listrik yang tertinggi dan tidak efisien di Indonesia," tegas Muhamad Suhud, Koordinator Energi WWF-Indonesia.



"Konsumsi listrik terbesar terjadi di Jawa-Bali, mencapai 79,7 TWh tahun 2004 atau 80,5 persen dari konsumsi listrik nasional. Sekitar 68,48 persen atau 22,6 juta dari 33 juta konsumen listrik di seluruh Indonesia berada di Jawa-Bali, sedangkan banyak kota di berbagai daerah masih kekurangan pasokan listrik. Pada intinya, kita perlu mengurangi tingkat keborosan pemakaian energi dan memperbanyak penyediaan energi terbarukan," ujar Suhud.



Bangunan komersial (termasuk pusat pendidikan, pusat belanja, hotel, dan perkantoran) dan kawasan pemukiman akan menjadi sasaran penghematan listrik pada kegiatan Earth Hour hari Sabtu, 28 Maret 2009.




Kontak Media: Fazedah Nasution (Indonesia), +62-813 15800396, fnasution@wwf.or.id



Narasumber: Fitrian Ardiansyah, Direktur Program Iklim dan Energi WWF-Indonesia, email: fardiasyah@wwf.or.id, Hp: +62-8129355105, Muhamad Suhud, Koordinator Energi, email: msuhud@wwf.or.id, Hp: +62-812 1817973, Verena Puspawardani, Koordinator Kampanye, email: vpuspawardani@wwf.or.id, Hp: +62-818 897383.



Catatan untuk Redaksi



Tentang Earth Hour


Earth Hour merupakan inisiatif perubahan iklim global WWF. Individu, pelaku bisnis, pemerintah dan komunitas diundang untuk berpartisipasi mematikan listrik selama 1 jam pada Sabtu, 28 Maret 2009 pukul 20.30 waktu setempat dalam rangka menunjukkan dukungan penanggulangan perubahan iklim. Kampanye ini dimulai di Sydney tahun 2007, ketika 2 juta orang mematikan lampu mereka. Tahun 2008, lebih dari 50 juta orang di dunia berpartisipasi. Tahun 2009, Earth Hour menargetkan menjangkau 1 milyar di 1000 kota.


Segera klik http://www.earthhour.org/ untuk menyatakan dukungan Anda.




Tentang WWF


WWF adalah organisasi konservasi global yang mandiri dan didirikan pada tahun 1961, dengan hampir 5 juta supporter dan memiliki jaringan yang aktif di lebih dari 100 negara dan di Indonesia bergiat di lebih dari 25 wilayah kerja lapangan dan 17 provinsi. Misi WWF-Indonesia adalah menyelamatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak ekologis aktivitas manusia melalui: Mempromosikan etika konservasi yang kuat, kesadartahuan dan upaya-upaya konservasi di kalangan masyarakat Indonesia; Memfasilitasi upaya multi-pihak untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan proses-proses ekologis pada skala ekoregion; Melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakkan hukum yang mendukung konservasi, dan; Menggalakkan konservasi untuk kesejahteraan manusia, melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan.Selebihnya tentang WWF-Indonesia, silakan kunjungi website utama organisasi ini di http://www.panda.org/; situs lokal di http://wwwwwf.or.id/ dan situs keanggotaan WWF-Indonesia di http://www.supporterwwf.org/.



Tentang Kondisi Listrik


Data-data ini diambil dari database PLN yang tersedia di www.pln.co.id. Data pengamatan penggunaan (beban) listrik diambil selama sepekan mulai tanggal 3 Juli hingga 10 Juli 2005.



Penggunaan listrik dalam sepekan



Dalam periode satu pekan terlihat pemakaian atau beban terbesar sekitar 14-15 ribu MW terjadi pada waktu malam hari di hari kerja.Sedangkan beban terkecil pada siang hari di hari Minggu sebesar kira-kira 8,5 ribu MW. Beban ini lebih kurang merupakan pencerminan kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan masuk dalam kategori "harus tersedia", dan dapat dianggap merupakan kebutuhan primer saat ini. Dan, 8,5 ribu MW ini merupakan 60% dari beban puncak. Penghematan di segmen dasar ini tentunya akan berdampak sangat signifikan sesuai dengan besarnya angka. Namun tidak mudah menurunkan konsumsi ini karena rakyat sudah terbiasa berhemat dengan tarif yang dirasakannya cukup mahal.



Beban rata-rata harian di hari kerja minimal 10 ribu MW, atau naik 1,5 ribu MW dari kebutuhan rumah tangga yang tercermin pada hari minggu siang. Ini diperkirakan merupakan beban minimal untuk kebutuhan rutin ditambah perkantoran dan bisnis, termasuk AC, lift, lampu eskalator dll. Beban puncak siang hari dicapai pada jam-jam kerja dengan beban total sekitar 12 ribu MW. Atau bisa dianggap bahwa kebutuhan perkantoran dan bisnis menelan sekitar 3,5 ribu MW atau sekitar 25% dari beban puncak. Pada tengah hari ketika istirahat siang pukul 12:00-13:00 terjadi penurunan beban sebesar 700-1000 MW. Ini merupakan pencerminan berkurangnya penggunaan energi listrik di pabrik atau industri berbasis mesin dengan tenaga listrik. Beban sebesar ini jelas jangan sampai dikurangi terlalu banyak, karena beban energi ini merupakan energi produktif. Penghematan pemanfaatan listrik semestinya bukan pada segmen produktif ini.


Pengurangan yang dimungkinkan hanya pada sisi bisnis dan perkantoran ini berpotensi dalam penghematan yang besarnya 2500 MW. Di segmen ini mungkin saja akan berdampak mungkin cukup signifikan dalam penghematan beban energi listrik walaupun hanya merupakan 18% dari beban maksimum. Beban ini cukup kecil namun karena dalam jangka operasinya 6-7 jam sehari, jumlah potensi energi yang dihemat perlu dihitung dengan lebih detil disesuaikan dengan MWh (Megawat jam). Pemanfaatan AC diduga menelan daya paling besar yang sangat mudah untuk dikurangi. Namun akan ada dampak negatif di sisi produktifitas, karena mengurangi kenyamanan dalam bekerja yang mungkin saja mengurangi semangat bekerja. Salah satu langkah penghematan segmen ini adalah dengan kecermatan pemilihan alat-alat listrik yang memiliki efisiensi tinggi.



No comments: