Showing posts with label nasehat. Show all posts
Showing posts with label nasehat. Show all posts

Daily Survival Kit for you


Today, I am giving you a DAILY SURVIVAL KIT

to help you each day......... ...

Toothpick ... to remind you to pick the good qualities in everyone,including yourself.

Rubber band ... to remind you to be flexible. Things might not always go the way you want, but it can be worked out.

Band-Aid ... to remind you to heal hurt feelings, either yours or someone else's.

Eraser ... to remind you everyone makes mistakes. That's okay, we learn by our errors.

Candy Kiss ... to remind you everyone needs a hug or a compliment everyday.

Mint ... to remind you that you are worth a mint to your family & Me.

Bubble Gum ... to remind you to stick with it and you can accomplish anything.

Pencil ... to remind you to list your blessings every day.

Tea Bag ... to remind you to take time to relax daily and go over that list of God's blessings.

This is what makes life worth living every minute, every day

Wishing you love, gratitude, friends to cherish, caring, sharing, laughter, music, and warm feelings in your heart.

I know this kit will help you get through the day.

Enjoy.

Apartemen lantai 69

Ada satu keluarga yang mengontrak rumah dan akhirnya membeli sebuah
apartemen di lantai 60. Apartemen itu memakan waktu sangat lama dalam
pembuatannya. Kemudian, tibalah hari yang dinanti. Apartemen dambaan telah
jadi dan selesai dengan baik. Dengan semangat dan antusias mereka membawa
banyak barang-barang untuk mengisi apartemen mereka.
Mereka membawa surat kabar, pakaian, mainan, makanan, kompor, lemari
pakaian, tempat tidur, peralatan makan, televisi, alat musik, sabun,
teropong, dan banyak sekali barang lain. "Nanti di atas, kita bisa nonton
tv, main video game, masak terus makan masakan buatan sendiri, bisa
bersantai sambil mendengarkan musik, bisa meneropong jauh, bersantai, mandi
dulu, pokoknya enak deh..." demikian pikir mereka.
Sesampainya mereka di sana, mereka menemui developer. Ternyata, apartemen
itu baru setengah jadi dan lift belum terpasang. Mereka sangat kecewa
dibuatnya. Mereka ingin pulang ke rumah lama mereka, tapi kontrak mereka
sudah habis. Dengan sangat terpaksa, mereka harus tetap naik ke atas sana
dan tinggal di dalamnya menggunakan tangga darurat. Mereka naik membawa
semua barang mereka menggunakan tangga darurat. tangga demi tangga dilalui,
mereka terus maju dengan semangat membara.
Sesampainya mereka di lantai 25 mereka kelelahan, mereka makan dan minum
dengan lahapnya. Lalu mereka melihat barang-barang mereka, semuanya utuh.
Timbul sebuah pikiran untuk mengurangi barang bawaan mereka. Lalu mereka
memutuskan untuk meninggalkan meja telepon dengan teleponnya. "Toh di atas
kita tidak perlu telepon atau pesan apa-apa," demikian menurut mereka.
Di lantai 30 mereka tinggalkan baju, mainan dan lemari pakaian mereka. "Toh
kita masih memakai baju." Lalu mereka terus melaju ke lantai 35, mereka
masih mengeluh dan memutuskan untuk meninggalkan barang mereka lagi yaitu
televisi dan radio serta compo. "Soalnya kita tidak perlu nonton tv, toh
acara dan lagu-lagu yang kita punya itu-itu saja."
Teruslah mereka melaju sampai lantai 45, rasanya masih berat dan tidak
menyenangkan. Maka mereka tinggalkan kompor dan bahan makanan yang mereka
bawa. "Toh tadi masih kenyang makan banyak." Lalu, di lantai 55 teropong
dengan tripod yang sangat besar mereka tinggalkan begitu saja. "Toh di atas
mau lihat apa, belum jadi semua tower yang lain."
Sesampainya di lantai 60, mereka masuk dan menyadari yang mereka miliki
hanya sebuah kasur. Tidak ada jalan lain, mereka hanya ingin tidur karena
tidak ada pilihan lain.


And so.... what's the point?

Mungkin Anda bingung kenapa perumpamaan ini sangat panjang Perjalanan itu
melambangkan kehidupan. Tiap lantai yang ada, melambangkan umur.


Dan Anda adalah keluarga tersebut. Barang-barang tersebut adalah mimpi
Anda, barang-barang tersebut adalah perlambang tindakan Anda.


Di umur 25 Anda mulai bekerja dan memutuskan untuk fokus pada pekerjaan
Anda, tanpa sadar Anda telah mengeliminasi banyak sahabat potensial.

Di umur 30 Anda sudah tidak memperhatikan penampilan dan melupakan hobi
Anda akibat sulitnya bersaing.

Di umur 35 Anda mulai melupakan kesenangan yang Anda dambakan di hari tua
akibat kenyataan bahwa tabungan Anda tidak mencukupi.

Di umur 45 Anda berhenti makan makanan yang Anda sukai akibat terlalu
banyak mengkonsumsi makanan di usia 25 yang mulai berdampak buruk di usia
ini.

Di umur 55 Anda benar-benar melupakan keinginan menikmati hari tua dengan
memandang indahnya hidup dengan menikmati apa yang Anda lewati, Anda mulai
kuatir dengan masa depan anak Anda.

Di umur 60, Anda menyesal tidak banyak yang Anda dapat akibat tidak ada
mimpi yang direalisasikan. Anda hanya ingin cepat tidur selamanya, karena
Anda sudah tidak bisa lagi makan makanan enak, Anda tidak memiliki
achievement yang bisa dibanggakan, Anda tidak punya siapapun yang menjadi
sahabat Anda, Anda tidak bisa menikmati hobi Anda di masa muda, kesehatan
badan mengkuatirkan.


Hidup cuma datang sekali. Jadi pastikan, Anda akan berjuang untuk mencapai
mimpi-mimpi Anda! Jangan lepaskan, tapi usahakan. Jangan sampai kita
kehabisan pilihan dalam menjalani hidup.

Pesan untuk para orang tua

http://www.alsofwah.or.id

Setiap orang tua pasti menginginkan anak mereka sukses dalam studi, sehingga
do'a pun tidak pernah henti-hentinya mereka panjatkan kepada Allah subhanahu
wata`ala demi kesuksesan tersebut, di samping itu, mereka menyiapkan semua
kebutuhan dan fasilitas yang mendukung kesuksesan tersebut. Bahkan
mengiming-iminginya dengan hadiah-hadiah apabila sukses dalam ujian.

Begitu besar perhatian para orang tua terhadap studi, masa depan, dan
urusan-urasan dunia anak-anak mereka. Mereka benar-benar merasa bertanggung
jawab akan hal tersebut. Tapi sayangnya mereka tidak memiliki perhatian dan
rasa tanggung jawab atas akhirat anak-anak mereka sebesar perhatian dan rasa
tanggung jawab atas dunia anak mereka. Begitu pula dengan perhatian mereka
terhadap nasib anak-anak mereka setelah kematiannya, boleh jadi tidak
seperti perhatian mereka akan ketentraman dan kebahagian mereka di saat
hidup di dunia.

Tanggung jawab para orang tua terhadap anak-anak mereka seakan hanya
terbatas pada perkara dunia yang fana, dan terkesan mereka mengabaikan
perkara ukhrawi yang abadi.

Terbukti bahwa sebagian besar para orang tua memiliki cita-cita dan harapan
agar anak mereka dapat menjadi seorang dokter, insinyur, pilot, tentara, dan
lain-lain. Intinya adalah harapan duniawi belaka. Mereka beranggapan dengan
semua itulah anak-anak mereka dapat hidup dan meraih kebahagian.

Dan terbukti pula dari rasa kecewa yang sangat seandainya anak mereka
terlambat mengikuti ujian, sehingga mereka harus rela tidak tidur agar
anaknya tidak terlambat dan tertinggal pada saat ujian sekali lagi demi
sebuah kesuksesan dan masa depan sang anak. Tetapi jarang di antara para
orang tua yang menyesal dan kecewa saat anak mereka terlambat shalat Subuh
seperti penyesalan dan rasa kecewa mereka tatkala anak mereka tertinggal
ujiannya atau gagal dalam ujian. Bahkan para orang tua selalu bertanya
setiap hari kepada anak-anaknya tentang ujiannya. Apa yang mereka kerjakan,
bagaimana mereka menjawab, dan semoga jawabannya benar? Apakah mereka pernah
bertanya kepada anak mereka setiap harinya tentang perkara agamanya? Sudah
shalat belum? Dengan siapa berteman? Dan apakah pernah bertanya kepada
anak-anak mereka saat mereka tidak ada di rumah seharian, di mana mereka?

Para orang tua merasa begitu terpukul dan merasa gundah gulana ketika mereka
tahu bahwa anak-anak mereka bermalas-malasan dalam ujian, tetapi tidak
bersedih dan tertuntut ketika anak-anak mereka bermalas-malasan dalam
menjalankan sunnah dan kewajiban agama mereka. Mereka berikan dan penuhi
semua yang diinginkan anak-anak mereka, dan mereka melarangnya sementara
dari hiburan-hiburan, seperti menonton video, televisi, koran, majalah
supaya tidak melalaikan mereka dari menghafal dan menyiapkan ujian.

Sedikit sekali di antara para orang tua yang memikirkan untuk anak-anak
mereka tentang ujian yang tidak memiliki gelombang kedua. Tidak dapat
diulang jika gagal, atau 'diher' jika ada materi-materi yang tidak mencapai
target. Pilihan yang ada hanyalah lulus atau gagal. Gagal berarti dimasukkan
dan menetap di dalam Neraka. Ini juga artinya adalah kerugian yang nyata dan
siksa yang hina. Apakah mungkin ijazah, sertifikat prestasi, piagam
penghargaan, kedudukan dan kekayaan dapat menyelamatkan mereka dari adzab
Allah Ta`ala. Atau memberi syafa'at ketika mereka menerima kitab catatan
amal mereka dengan tangan kiri mereka? Kemudian berteriak dengan
sekencang-kencangny a, sebagaiman firman Allah Ta`ala, artinya,"Wahai kiranya
kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak
memberi manfaat kepadaku.Telah hilang kekuasaan dariku". (QS. al-Haqqah:
27-29).

Semua ini bukan berarti para orang tua meremehkan atau menelantarkan
anak-anak mereka. Tetapi semata-mata untuk mengingatkan bahwa akhirat
anak-anak mereka lebih utama untuk diperhatikan dan diusahakan, serta lebih
berhak untuk diamalkan.

Teramat langka rasanya kalau ada Orang tua yang bersungguh-sungguh
mencarikan seorang guru privat atau ustadz untuk mengajari anak-anak mereka
al-Qur'an dan sunnah. Yang ada para orang tua saat ini dalam mengekspresikan
rasa cinta dan kasih sayang mereka kepada anak mereka berupa menyediakan
pembantu, supir, mobil yang siap melayani mereka setiap saat. Bahkan
menyiapkan untuk mereka rumah yang penuh dengan hiburan-hiburan yang
diharamkan dan melalaikan mereka dari mengingat Allah Azza Wa Jalla dan
ta'at kepada-Nya. Mungkin seribu satu dari para orang tua yang memberikan
hadiah/ penghargaan saat anak mereka menghafal beberapa juz dari al-Qur'an
atau belajar hadits-hadits Nabi shallallahu `alaihi wasallam.

Sebagian orang tua menjanjikan anak-anak mereka berlibur keliling dunia,
mengunjungi pantai-pantai dan tempat-tempat rekreasi lainnya di seluruh
dunia atau membelikan mereka mobil mewah apabila mereka lulus. Tetapi tidak
pernah sekalipun menjanjikan anak-anak mereka, apabila sukses menghafal
al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi shallallahu `alaihi wasallam, sukses
melaksanakan haji dan lain-lain. Walhasil, seperti apa yang kita lihat,
al-Qur'an mereka ganti dengan majalah dan koran. Shalat diganti dengan
menonton konser musik. Majlis ta'lim diganti dengan tempat-tempat hiburan,
dan hasilnya muncullah generasi seperti binatang, sebagaimana firman Allah
Ta`ala, artinya, "Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai." (QS. al-A'raf: 179)

Maka hendaklah kita sebagai orang tua benar-benar memperhatikan kehidupan
akhirat anak kita. Adapun langkah-langkah yang harus kita lakukan dalam hal
ini di antaranya :

a.. Memperbaiki diri kita sendiri, sehingga kita benar-benar menjadi orang
tua yang shalih dan patut untuk diteladani. Karena pada keshalihan kita dan
dengannya pula, anak-anak kita akan istiqomah dan senantiasa dijaga oleh
Allah subhanahu wata`ala. Allah Ta`ala berfirman, artinya, "Sedang ayahnya
adalah seorang yang shalih"(QS. al-Kahfi: 82).

b.. Menjadikan Tarbiyah Islamiyah (pendidikan Islam) sebagai tujuan utama
dan orientasi kita dalam mendidik anak-anak kita dan bukan berarti melarang
mereka untuk belajar ilmu-ilmu tehnik keduniaan, hanya saja porsi yang
diberikan tidak sebesar perhatian kita kepada akhirat mereka. Allah
subhanahu wata`ala berfirman, artinya, "Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. al-Qashash: 77)

c.. Hendaklah kita bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla dalam menjaga
kemashlahatan mereka baik di dunia maupun di akhirat, karena anak-anak kita
adalah amanah yang akan Allah Ta`ala pinta pertaggung-jawabann ya. Rasulullah
shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang hamba diberikan
kepemimpinan oleh Allah Ta`ala ia mati sedangkan pada saat matinya
ia berbuat curang terhadap rakyatnya (yang dipimpin), melainkan Allah akan
mengharamkan surga baginya." (Muttafaq 'Alaih)

Hendaklah para orang tua memperhatikan kisah Luqman yang diabadikan Allah
tabaraka wa ta`ala dalam al-Qur'an tentang wasiat yang ia sampaikan kepada
anaknya tercinta. Betapa Luqman menyeru anaknya kepada sesuatu yang
membuatnya dapat meraih kebahagian hidup yang hakiki serta menyelamatkannya
dari adzab yang pedih, yakni melarang anaknya dari menyekutukan Allah
Ta`ala, artinya, "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya kesyirikan merupakan kezhaliman yang besar." (QS. Luqman: 13).
Ia menunjukkan kepadanya bahwa yang dapat menyelamatkan dari adzab Allah
subhanahu wata`ala adalah dengan menjauhkan syirik dan bersegera mengerjakan
ibadah kepada Allah Ta`ala dengan mendirikan shalat, memerintahkan pada
kebaikan, mencegah kemungkaran sebagaimana firman Allah Ta`ala artinya, "Hai
anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar." (QS. Luqman:17), Serta
menyuruhnya untuk berakhlak yang baik, yang dengannya dirinya akan menjadi
mulia dan tinggi kedudukannya, dan melarangnya bersikap sombong terhadap
manusia dan merendahkan mereka, sebagaimana firman Allah Ta`ala, artinya,
"Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. 31:18). Dan berjalan
di bumi Allah Ta`ala dengan rendah hati dan lembut dalam berbicara,
sebagaimana firman Allah Ta`ala, artinya, "Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah
suara keledai." (QS. Luqman: 19)

d.. Hendaklah orang tua mengetahui dan mengajarkan anaknya bahwa dunia ini
adalah fana dan dia bak fatamorgana yang mengelabui mata. Dan bahwa
kusuksesan yang hakiki adalah membatasi diri dan keinginan hanya pada
sesuatu yang diridhai Allah ta`ala, bertakwa dan ta'at kepada-Nya.

e.. Hendaklah para orang tua bersungguh-sungguh dalam mendidik dan menjaga
mereka dari hal-hal yang merusak serta tidak menyia-nyiakan mereka sebelum
datang penyesalan yang tidak ada arti dan sebelum kehinaan menimpa mereka
pada hari yang tidak ada gunanya lagi semua yang disesali. Wallahu Ta'ala
a'lam.

Oleh: Abu Nabiel Muhammad Ruliyandi

Sumber: Disadur dari artikel yang berjudul "Risalah Ila Ba'dhi al-Abaa',"
Daar al-Qasim, Riyadh Muraji': Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin,

NASEHAT dibalik fenomena FACEBOOK (perhatian bagi kita)

dikirim oleh Rahayu Ningsih

Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan bahkan jutaan pembaca dalam berita-berita media massa...
Ketika seorang celebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasi yang ditunggu-tunggu ...’siapa calon bapak si jabang bayi?
’Weleh-weleh,,......mungkin kita bisa berkata; "ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi". Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik. Wuiiih......ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan bahkan jutaan orang saat ini sedang menikmati aktivitasnya [apapun] diketahui orang, dikomentarin orang bahkan [mohon maaf].. dilecehkan’ orang. Dan lebih herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan,,.
Fenomena itu bernama FACEBOOK.
Setiap saat para facebooker meng-update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja, hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga atau rahasia menjadi kebanggaan di statusnya.
Mungkin beberapa contoh status facebook bisa diperhatikan dibawah ini:Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya.....?”------kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “mau ditemanin? Dijamin puas deh...”Seorang wanita lainnya menuliskan “ Bangun tidur, badan sakit semua, biasa....habis malam jumat ya begini...:” kemudian komen2 nakal bermunculan...Ada yang menulis “Bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi....”, ----kemudian komen2 pelecehan bermunculan.Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya “Habis minum jamu nih...., ada yang mau menerima tantangan ?’----langsung berpuluh2 komen datang.Ada yang hanya menuliskan, “lagi bokek, kagak punya duit...”Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget...bakal tidur pake dalaman lagi nih” ..... dan ribuan status-status yang numpang beken dan pengin ada komen-komen dari lainnya yg tidak pantas dilakukan oleh seorang mukmin seperti kita.
Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.
Ada lagi yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitivitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya di tutup dan tidak perlu di tampilkan.
Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru saja diupload dialbumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah-raga memakai kaos dan celana pendek.....padahal sebagian besar yg ada didalam foto tersebut saat ini sudah berjilbab.
Ada seorang wanita meng-upload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman2 prianya bergandengan dengan ceria....
Ada pula seorang pria meng-upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.
Rasanya hilang; apa yang telah diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah SWT...., yaitu Muhammad Rasulullah SAW kepada umatnya, seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya. Ingatkah kita ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah r.ha“ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Aisyah menjawab “ wahai Rasulullah, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasulullah dengan senyum teduhnya berkata “baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”.Jadi, tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah Rasulullah.Ingatkah kita; Abdurrahman bin Auf r.a mengikuti Rasulullah berhijrah dari Mekah ke Madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya,maka abdurahman bin auf mengatakan, tunjukkan saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya.
Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Malu itu sebagian dari iman”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita, hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang Malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga.Rasulullah SAW menegaskan dengan sindiran keras kepada kita“Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (HR. Bukhari).Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu. mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.
Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat kehormatan kita luntur tak berbekas.
Beberapa orang sering dgn mudahnya meng-up date status mereka dgn kata-kata yg tidak jelas; entah apa tujuannya selain untuk numpang beken, cari perhatian dan pengin ada komen-komen dari lainnya".
> Dingin . . .
> B.E.T.E. . . .
> Kangen . .
> Puanass buaget neh !
> Arghhh .. . !!!!
> Gile tuh org !
> . . .
> Aku masih menanti . .
etc....

Mari kita jaga martabat dan akhlaq kita sbg orang iman dg selalu menjaga segala sesuatu yg tdk pantas kita lakukan..Semoga Alloh memberikan selalu pencerahan iman untuk kita smua, amien.

Alhamdulillahi jazaa kumullohu khoiron. [ishaq m]