Pengalaman shalat di Puri Mall

- foto dari internet

07/27/2008 Wah, jam sudah menunjukkan jam 1830, sementara kami baru saja selesai makan restoran platinum di lantai tiga Puri mall.Grani bilang dia dapat rezeki banyak dari hasil guiding turis-turis asing di Jogja minggu lalu, jadi beliau traktir kami anak-anaknya makan di situ.
Syakiing asyyiknya makan steak, waktu menggelinding, Seperti biasa saya dan bunda harus mencari strategi menggugurkan kewajiban shalat Magrib. Tadinya kita kira mungkin bisa naik taksi dan shalat di rumah, tapi ini sudah lewat jam 1830, kayaknya ngga akan sempat waktunya. Akhirnya setelah minta ijin sama grani yang masih akan jalan ke Ranch market dengan yang lainnya, saya dan bunda pisah dengan rombongan dan mencari musholla terdekat.

Beruntung Mushollanya ada juga yang di lantai 3, tidak nyempil dibasement atau diparking lot. Tapi ternyata disitu sudah ada antrian yang juga mau shalat, ada sekitar 7-8 orang. nyampur lelaki perempuan mengantri di barisan dan tempat wudhu yang sama.
Tempat wudhunya sendiripun cuma 2 keran saja dan terbuka, jadi lelaki yang ngantri bisa lihat perempuan yang lagi wudhu (artinya bisa lihat aurat perempuan itu - rambut,leher, lengan, betis dll terserah tempat mana yang terlihat dan yang mau dilihat). lantai dari tempat wudhu ke dalam Musholla sendiri lumayan becek dan kotor, tidak ada janitor kelihatan dekat2 situ.

Tadinya saya ngga ngeh/nyadar soal wudhu nyampur perempuan lelaki, tapi bunda bisikin saya minta saya menahan laju lelaki dibelakang saya yang juga ikut ngantri jangan sampai terlalu maju hingga dia tidak bisa melihat bunda wudhu nanti. Saya iyakan. akhirnya bunda dan seorang perempuan maju pas dapat gilirannya sementara saya diam kayak patung tidak mengisi antrian yang kosong ditinggal mereka.ada satu keran yang agak terlindung dengan tembok sehingga bunda terlihat sembunyi wudhu disitu. tapi pas perempuan barengannya selesai wudhu ya otomatis saya harus maju untuk wudhu di keran sebelah bunda. lucu juga kalau dibayangin saya wudhu sambil berusaha nutupi bunda.
saya masih trauma lihat dia nangis segugukan sambil shalat waktu di musholla kecil di lokasi wisata candi Borobudur, menangis karena waktu wudhu ditempat terbuka disitu mendadak ada lelaki yang berdiri di belakang dia ikut antri sementara saya wudhu di keran sebelah ngga nyadar.

Bunda tadi bilang sih tidak apa-apa nanti bisa diulang lagi dirumah shalatnya kalau merasa wudhunya tidak sempurna, dan tidak apa-apa becek dan kotor yang penting disekitar situ tidak ada WC umum jadi Insya Allah tidak ada najisnya. Bertelanjang kaki kita masuk ke Musholla dan Sholat kurang lebih 5 menit. Alhamdulillah telah gugur kewajiban Shalat kami, semoga diterima Shalat kami dengan segala kekurangannya.

By the way, sampai rumah bunda memang mengulangi lagi shalat Magribnya.Istriku memang wanita sholehah top abis.

dari blog teman:

Pentingnya Sertifikasi Musholla

Akhir-akhir ini saya sering sekali berada di mall. Bukan karena sedang pengin jalan-jalan, tetapi karena memang sedang mengawali sebuah usaha dengan membuka toko kecil di sebuah mall. Yang aktif mengelola toko adalah istri saya, sementara saya hanya sesekali saja menengok. Tapi kalau Hari Sabtu, Minggu, atau hari libur, hampir pasti saya juga ikut berlama-lama di mall.
Dengan berlama-lama di mall, ostosmastis sering menemui datangnya waktu-waktu sholat. Ini yang membuat saya sering mengunjungi Musholla di mall. Kalo harus ke ke masjid, tentu harus berjalan sedikit jauh ke luar mall. Sedangkan kalo musholla di mall, harus sedikit sabar antri dan bersujud di ruangan sempit dan pengap. Nah, ini dia masalahnya ...
Dari pengalaman-pengalaman mengunjungi tempat-tempat umum seperti mall, hotel, rumah sakit (terutama RS yang dikelola oleh lembaga nonMuslim), dan tempat umum lainnya, dapat disimpulkan bahwa biasanya penyelenggara tempat umum kurang memperhatikan kebutuhan pelanggan atau pengunjung Muslim dalam melakukan sholat lima waktu. Kalaupun ada, hanya alakadarnya saja. Mungkin saja Musholla itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan para petugas cleaning service gedung itu saja.
Memang, setiap jengkal tanah di muka bumi ini adalah masjid, tempat bersujud. Kita bisa dan boleh sholat di manapun, kecuali di tempat kotor dan bernajis. Tapi, di kala orang telah mampu membangun bangunan yang megah, semestinya disertai juga dengan fasilitas ibadah yang pantas. Apalagi mayoritas pengunjung mall dan tempat layanan umum tersebut adalah Muslim.
Maka, di sinilah peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) sangat dibutuhkan untuk ikut membenahi situasi ini. Rasanya akan sangat membantu, apabila MUI saat ini mulai memberikan sertifikasi kelayakan Musholla kepada gedung-gedung layanan umum, seperti halnya sertifikasi halal pada produk makanan. Untuk mendapatkan sertifikasi ini, pengelola gedung akan disurvei oleh tim dari MUI. Dan apabila cukup layak, maka MUI akan memberi sertifikasi, dan kemudian pengelola dapat memasang 'logo sertifikasi' di luar gedungnya, yang menunjukkan bahwa di dalam gedung ini terdapat Musholla yang layak dan nyaman digunakan oleh pengunjung. Sehingga, pengunjung Muslim pun akan tenang dan nyaman ketika berada di dalam gedung tersebut.
Bagaimana, setuju... ?
http://amanah-land.blogspot.com/2008/01/pentingnya-sertifikasi-musholla.html?showComment=1204015320000

No comments: