Pekan Raya Jakarta (PRJ)



06/14/2008 Dadakan Bunda ngajak aku, anak-anak dan bibinya anak-anak ke PRJ malam ini. Dari pagi seluruh Jakarta kayaknya dilanda hujan. Bunda bilang, kalau selesai shalat Magrib hujan berhenti, jadi pergi ke PRJnya.Rupanya (Tyas bilang) Tyas waktu ikut shalat berjema’ah dia tidak lupa berdo’a agar hujannya berhenti, dan benar saja hujan memang berhenti. Akhirnya jam 1900 kita berangkat naik taxi.
Dari rumah ke PRJ Kemayoran termasuk dekat juga. Hanya kurang lebih 20 menit sudah sampai di gerbang pintu masuk PRJ. Ongkosnya pun Cuma 15.000 rupiah.
Sudah agak lama juga aku ngga main ke PRJ, dulu waktu masih SMP SMA aku masih suka rutin tiap tahun main ke PRJ. Tapi lama-kelama’an jadi malas kesana karena rawan, over-crowded, dan aksesnya ngga nyaman. Aku ingat dulu gmana mama complain waktu minum di warung diluar arena PRJ ditembak pedagangnya dengan harga selangit. Aji mumpung.PRJ yang aku lihat sekarang lebih apik, lebih tertata, tetap komersial, lebih aman karena banyak petugas keamanan disitu, lebih professional Karena karcis masuknya pun pakai sistim kayak karcis busway, karcis ditelan kedalam feeder karcis dan batang pagar otomatis akan bisa didorong untuk bisa masuk. Karcis masuknya lumayan mahal, 20.000 rupiah. Tampaknya PRJ jadi bukan tempat pilihan orang-orang berkantung tipis mencari hiburan. Dulu yang namanya PRJ, sekeluarga bisa diboyong saking murah karcis masuknya, didalam PRJ mereka akan gelar tiker dan makan dari rantangan yang mereka bawa dari rumah, PRJ dulu juga penuh dengan pedagang asongan, sekarang nyaris tidak ada, bahkan penjual kerak telor yang jadi khas PRJ dulu sekarang sudah tergusur harus jualan di luar arena PRJ.Hingar bingar musik tetap tidak berubah, berisiknya minta ampun. Pengunjungnyapun tetap banyak. Aku harus ektra hati-hati jangan sampai anak-anak terpisah.Belum apa-apa aku sudah disuguhi pemandangan heboh, melihat lady dancer dengan pakaian yang super sexy mengumbar aurat menari dengan lincahnya di depan tokonya dilihat oleh puluhan mata pengunjung. Baru aku mau iseng foto eh sudah ditarik tanganku sama bunda, hahaha.. ketahuan :PAku dan rombongan naik trem mini membelah arena PRJ, sampai ujung pemberhentian. Disana ada pemandangan candi Borobudur buatan yang lumayan cukup besar melatar belakangi sebuah danau/ kolam buatan. Tyas langsung exited sa’at tahu disitu ada wahana balon raksana terapung yang baru saja kita tonton tadi di TV ada di Bogor, ternyata ada disitu juga. Balon ini bisa dinaiki / dimasuki orang maksimal ngga lebih dari 100 kg terus diapungkan ke atas air, katanya sih terasa berjalan diatas air. Akhirnya berdua bela-belain nunggu 30 menit untuk mencoba permainan ini. Lumayan mahal juga kalau ngga salah 15.000 perorang.Sa’at giliran mereka, mereka terlihat enjoy dan senang berada didalam bola. Walau nyaris mereka ngga bisa berdiri, terguling terus.
Selesai dari situ, kita semua makan bakso di stand nugget, lalu jalan menyusuri stan-stan yang memasarkan produk-produk bervariasi dari rokok, makanan, minuman, mainan, sepatu, baju, detergen, obat, sampai motor dan mobil. Juga ada live music, arena ketangkasan, arena bermain, demo dan diskon-diskon yang walaupun menggoda tapi karena dana kita terbatas ya lewat sajalah. Yang kita beli sekadar snack-snak murah meriah dan sabun-sabun detergen saja.
Jam 2130 kita memutuskan untuk pulang, sudah mulai cape. PRJ saking luasnya mungkin perlu seharian kalau mau lihat seluruh sudut seluruh kios-kiosnya.Naik taxi lagi, kali ini benar kata Bunda, supir taxinya minta borongan. Padahal kita sudah masuk kedalam taxi. Alasannya bensin mahal. Tadinya kita mau turun saja dan menolak secara halus dan minta pakai argo saja seperti biasa. Sampai dirumah, akhirnya ongkosnya ditambah 5000 jadi 25.000 rupiah Karena kasihan saja mungkin si supir memang lagi butuh ngejar setoran.Walau ngga banyak belanja, ternyata jalan-jalan ke PRJ itu mamang mahal. Lebih dari 200.000 amblas untuk karcis masuk, taxi, makan dan permainan.Ya sudah, gapapa sekali-sekali setahun sekali (masih minatkah tahun depan?), ga tau deh…

No comments: