10.000 rupiah.
Saat itu saya masih kecil masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Sekolah saya di SDN Kayu putih 01 didaerah kampung ambon jakarta timur.
waktu itu keluarga saya masih tinggal di kontrakan di plafon, tidak begitu jauh dari sekolah. seingat saya, waktu itu saya masih belum mengerti nilai uang.
suatu hari saya 'menemukan' uang tergeletak di kamar orangtua saya, nilainya 10.000,-. uang segitu jaman dulu (tahun 1975an) tentu sangat besar, karena seingat saya, uang jajan saya disekolah 25 rupiah sudah cukup buat beli macem-macem. entah gmana prosesnya, yang pasti saya mengambil uang itu dan menyimpannya di balik sampul buku sekolah. Saya malah sempat berusaha jajan dengan uang itu, tapi ternyata warungnya ngga ada kembalian saking besarnya nilai 10.000,-
Seingat saya, orangtua saya panik kehilangan uang tersebut,(mungkin uang satu bulan gaji), dan sempat bertanya pada saya apakah melihat / menemukan uang itu, saya bilang ngga. Entah gmana prosesnya, akhirnya orang tua saya menemukan uang itu dibalik sampul buku tulis sekolah saya. Seingat saya, saya tidak ditegur, tapi saya merasa malu dan merasa saya melakukan dosa besar untuk pertama kalinya pada orang tua, yaitu mencuri.
Kalah berantem.
Sa’at itu saya masih seusia anak Sekolah Dasar, seingat saya , sa’at itu saya sedang dititipi orang tua saya untuk tinggal di Garut di rumah nenek. Mungkin sa’at itu lagi liburan sekolah selama satu bulan.
Waktu itu nenek Garut masih membuka usaha ‘katering’ jualan lauk-pauk makanan di rumah. Masakan nenek enak dan banyak tetangga yang membeli. Seingat saya, etalasenya nenek garut adalah jendela belakang di dapur dimana pembeli datang dan membeli makanan lewat jendela dapur.
Suatu hari saya lagi main disamping rumah bersama teman-teman kecil saya.
Halaman samping rumah ada pohon jambu klutuk dan beberapa makam entah punya siapa, (jaman itu orang masih biasa mengubur familinya yang meninggal di halaman rumah), teman saya penduduk lokal di situ ada yang sudah agak dewasa, mungkin seusia anak SMP, dia menantang saya, berani ngga berantam dengan seorang bocah seusia dan sepantar saya sa’at itu. Entah gmana waktu itu saya oke-oke saja mau di’adu’ sama bocah yang dalam penglihatan saya kelihatan lemah, santun, tidak menyeramkan, pokoknya tipe-tipe anak gedongan berkulit putih anak kutu buku lah.
Pertarungan dimulai, saya menyerang, dan gdubrak.. sekali dia gerak saya sudah terbanting di tanah. Ternyata anak itu bisa main silat sunda.
saya yang malu dan penasaran menyerang lagi, namun terbanting lagi.
Akhirnya saya ambil sebuah batu dan menyerang anak itu, anak itu lari. saya kejar sampai 200 meter dari rumah, seingat saya sa’at itu orang-orang berdatangan mencegah saya yang masih menenteng batu berusaha mengejar anak jago silat itu.
Namun karena banyak orang berdatangan, saya mengurungkan niat dan balik kerumah diiringi puluhan orang-orang ‘pribumi’ yang mungkin bertanya-tanya, kenapa anak dari Jakarta mendadak ngamuk kayak gitu.
Singkatnya saya ketakutan dan ngumpet dikolong tempat tidur kamar nenek. Asli, dikolong tempat tidur. Ternyata anak itu memang jago silat dan katanya sih anak orang kaya di situ. Orangtuanya datang mencari saya. Dan terpaksa nenek garut keluar rumah menemui mereka dan minta ma’af.
Malu rasanya sudah dipecundangi, bikin onar, ngerepotin nenek.
Salah roka’at magrib
Sudah menjelang dewasa, seusia anak SMP, saya diajak ke Lampung oleh bapa entah untuk apa. Mungkin bersilaturahim dengan keluarga Lampung.
Ini kalinya saya pergi menyebrang kepulau sumatera, mungkin pertama kalinya juga naik perahu feri.
Sampai disana kami disambut dengan ramah oleh keluarga lampung, saya masih ingat kami disuguhi makanan khas disana, nasi dicampur dengan durian.
Rumahnya pun unik, rumah panggung dengan lantai beralas bambu.
Sa’at menjelang menjelang magrib, waktunya shalat. Seingat saya, saya diajak shalat oleh karabat saya, namanya Sri, kebetulan yang lelaki sa’at itu hanya saya jadi saya didaulat jadi imam shalat Sri dan satu lagi anak perempuan disitu yang saya ngga ingat namanya.
Sebenarnya saya sa’at itu nyaris jarang shalat, ngga pernah kali, tapi saya menyanggupi jadi imam.
Dan ternyata memang kacau, saya shalat magrib 4 roka’at!
Memang waktu itu saya bingung 3 roka’at atau 4 roka’at? saya akhirnya nambah sampai 4 roka’at. saya masih ingat anak perempuan dibelakang bingung bertanya pada Sri kok saya shalat magrib 4 roka’at, sehingga Sri akhirnya bilang saya lagi shalat sunah.
Malu sekali saya.
Tertangkap
Kejadiannya juga sa’at saya masih sekolah di Sekolah Analis Kesehatan. Waktu itu ada kegiatan lomba olahraga antar sekolah analis kesehatan sejakarta kalau ngga salah waktu itu kegiatannya diadakan di GOR Rawamangun.
Saya dan murid-murid lain yang tidak ikut berlomba dikirim sekolah untuk menonton atau jadi suporter.
Entah gmana prosesnya saya lupa, hari kedua atau hari terakhir perlomba’an, saya sengaja menyiapkan sebuah pisau dapur kecil ukuran satu jengkal yang sudah karatan, dibawa ditas sekolah saya. Mungkin sa’at itu saya khawatir kalau terjadi tawuran sehingga saya mempersiapkan diri seadanya. Sekedar buat menjaga diri.
Di tempat lomba sebenarnya suasananya aman-aman saja, namun entah gmana prosesnya sa’at sedang menonton lomba pimpong, pisau itu jatuh dari tas saya dan ada orang yang melihat dan melaporkan pada penjaga keamanan di lokasi.
Saya pun ditangkap dan di giring ke posko. Ditanyai macam-macam.
Akhirnya setelah beberapa lama kemudian guru saya seorang militer datang masuk ke posko menjemput saya. Setelah bernegosiasi akhirnya saya dilepas tidak dilaporkan ke polisi.
Namun konsekwensinya sa’at itu saja benar-benar habis dimarahi guru.
Mereka sangat kaget dan heran, murid mereka yang kelihatan pendiam dan santun, ngga pernah berbuat macem-macem malah sekarang bikin malu sekolah.
Saya dihukum dijemur di lapangan, push up, lari, menghadap guru pembimbing, bahkan orangtua saya dipanggil melalui surat.
Sa’at itu saya jadi terkenal di sekolah…. Saya dianggap preman sekolah.
Dokter palsu
Waktu itu saya sudah kerja di RSPP, sebagai petugas laboratorium klinik disana.
Suatu hari kantor saya menugaskan saya untuk menghadiri symposium tentang medis di Hotel Aryaduta di bilangan Tugu Tani Jakarta. Pesertanya banyak yang datang dari seluruh penjuru Jakarta, bahkan mungkin juga dari luar daerah.
Profesinya sebagian selain tenaga lab, juga ada yang bekerja sebagai marketing alat medik dan dokter-dokter penanggung jawab lab masing-masing.
Suatu sa’at kami semua bisa istirahat untuk makan siang di kantin di hotel, sajiannya prasmanan ambil sendiri. Entah gmana waktu itu saya sendirian rekan saya bergabung dengan orang lain, saya akhirnya menemukan meja dimana disana ada 2 orang wanita yang juga sedang akan makan siang dan masih ada 2 bangku kosong lagi di meja itu.
Saya pun duduk disitu, nekad karena biasanya saya lebih banyak menghindar kontak dengan orang asing.
Ternyata datang lagi seorang wanita duduk dibangku terakhir.
Kamipun ngobrol sedikit berbasa-basi, dari pembicara’an mereka saya sadar kalau mereka adalah dokter-dokter dari daerah yang datang ke Jakarta untuk akreditasi dapat poin tambahan. Mereka lulusan Universitas Indonesia dan mereka sepertinya menganggap saya lulusan kedokteran juga.
Setelah beberapa lama makanan hampir habis ngga ingat gmana awalnya satu orang mulai bertanya-tanya saya lulusan kedokteran mana, dan konyolnya saya yang malu dan gengsi ‘Cuma’ lulusan Sekolah Analis Kesehatan ngaku asal nyebut saja lulusan UI, karena setahu saya semua dokter pasti lulusan dari UI.
Eh entah gmana mereka tambah nanya lagi lulusan tahun berapa, siapa dosennya, dan macem-macem pertanya’an yang satu persatu jadi sulit buat saya menjawab mencoba menyakinkan mereka kalau saya dokter lulusan UI.
Sampai kemudian salah satu wanita yang kayaknya dari aceh sumatera dari nada suaranya sepertinya sudah tahu kalau saya bukan lulusan kedokteran sama sekali, bertanya lagi yang saya tahu adalah pertanya’an sindiran dan menjebak.
Saya yang sudah ketahuan jadi terdiam dan langsung permisi pergi dari meja itu sambil beralasan teman saya menunggu. Yang saya dengar mereka tertawa cekikikan dan saya hanya bisa melangkah menahan malu yang ngga ketulungan, berharap kejadian tadi terlupakan segera namun sampai sekarangpun saya masih teringat kejadian itu. Ternyata berbohong itu tidak manfa’at, malah bikin malu.
Saat itu saya masih kecil masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Sekolah saya di SDN Kayu putih 01 didaerah kampung ambon jakarta timur.
waktu itu keluarga saya masih tinggal di kontrakan di plafon, tidak begitu jauh dari sekolah. seingat saya, waktu itu saya masih belum mengerti nilai uang.
suatu hari saya 'menemukan' uang tergeletak di kamar orangtua saya, nilainya 10.000,-. uang segitu jaman dulu (tahun 1975an) tentu sangat besar, karena seingat saya, uang jajan saya disekolah 25 rupiah sudah cukup buat beli macem-macem. entah gmana prosesnya, yang pasti saya mengambil uang itu dan menyimpannya di balik sampul buku sekolah. Saya malah sempat berusaha jajan dengan uang itu, tapi ternyata warungnya ngga ada kembalian saking besarnya nilai 10.000,-
Seingat saya, orangtua saya panik kehilangan uang tersebut,(mungkin uang satu bulan gaji), dan sempat bertanya pada saya apakah melihat / menemukan uang itu, saya bilang ngga. Entah gmana prosesnya, akhirnya orang tua saya menemukan uang itu dibalik sampul buku tulis sekolah saya. Seingat saya, saya tidak ditegur, tapi saya merasa malu dan merasa saya melakukan dosa besar untuk pertama kalinya pada orang tua, yaitu mencuri.
Kalah berantem.
Sa’at itu saya masih seusia anak Sekolah Dasar, seingat saya , sa’at itu saya sedang dititipi orang tua saya untuk tinggal di Garut di rumah nenek. Mungkin sa’at itu lagi liburan sekolah selama satu bulan.
Waktu itu nenek Garut masih membuka usaha ‘katering’ jualan lauk-pauk makanan di rumah. Masakan nenek enak dan banyak tetangga yang membeli. Seingat saya, etalasenya nenek garut adalah jendela belakang di dapur dimana pembeli datang dan membeli makanan lewat jendela dapur.
Suatu hari saya lagi main disamping rumah bersama teman-teman kecil saya.
Halaman samping rumah ada pohon jambu klutuk dan beberapa makam entah punya siapa, (jaman itu orang masih biasa mengubur familinya yang meninggal di halaman rumah), teman saya penduduk lokal di situ ada yang sudah agak dewasa, mungkin seusia anak SMP, dia menantang saya, berani ngga berantam dengan seorang bocah seusia dan sepantar saya sa’at itu. Entah gmana waktu itu saya oke-oke saja mau di’adu’ sama bocah yang dalam penglihatan saya kelihatan lemah, santun, tidak menyeramkan, pokoknya tipe-tipe anak gedongan berkulit putih anak kutu buku lah.
Pertarungan dimulai, saya menyerang, dan gdubrak.. sekali dia gerak saya sudah terbanting di tanah. Ternyata anak itu bisa main silat sunda.
saya yang malu dan penasaran menyerang lagi, namun terbanting lagi.
Akhirnya saya ambil sebuah batu dan menyerang anak itu, anak itu lari. saya kejar sampai 200 meter dari rumah, seingat saya sa’at itu orang-orang berdatangan mencegah saya yang masih menenteng batu berusaha mengejar anak jago silat itu.
Namun karena banyak orang berdatangan, saya mengurungkan niat dan balik kerumah diiringi puluhan orang-orang ‘pribumi’ yang mungkin bertanya-tanya, kenapa anak dari Jakarta mendadak ngamuk kayak gitu.
Singkatnya saya ketakutan dan ngumpet dikolong tempat tidur kamar nenek. Asli, dikolong tempat tidur. Ternyata anak itu memang jago silat dan katanya sih anak orang kaya di situ. Orangtuanya datang mencari saya. Dan terpaksa nenek garut keluar rumah menemui mereka dan minta ma’af.
Malu rasanya sudah dipecundangi, bikin onar, ngerepotin nenek.
Salah roka’at magrib
Sudah menjelang dewasa, seusia anak SMP, saya diajak ke Lampung oleh bapa entah untuk apa. Mungkin bersilaturahim dengan keluarga Lampung.
Ini kalinya saya pergi menyebrang kepulau sumatera, mungkin pertama kalinya juga naik perahu feri.
Sampai disana kami disambut dengan ramah oleh keluarga lampung, saya masih ingat kami disuguhi makanan khas disana, nasi dicampur dengan durian.
Rumahnya pun unik, rumah panggung dengan lantai beralas bambu.
Sa’at menjelang menjelang magrib, waktunya shalat. Seingat saya, saya diajak shalat oleh karabat saya, namanya Sri, kebetulan yang lelaki sa’at itu hanya saya jadi saya didaulat jadi imam shalat Sri dan satu lagi anak perempuan disitu yang saya ngga ingat namanya.
Sebenarnya saya sa’at itu nyaris jarang shalat, ngga pernah kali, tapi saya menyanggupi jadi imam.
Dan ternyata memang kacau, saya shalat magrib 4 roka’at!
Memang waktu itu saya bingung 3 roka’at atau 4 roka’at? saya akhirnya nambah sampai 4 roka’at. saya masih ingat anak perempuan dibelakang bingung bertanya pada Sri kok saya shalat magrib 4 roka’at, sehingga Sri akhirnya bilang saya lagi shalat sunah.
Malu sekali saya.
Tertangkap
Kejadiannya juga sa’at saya masih sekolah di Sekolah Analis Kesehatan. Waktu itu ada kegiatan lomba olahraga antar sekolah analis kesehatan sejakarta kalau ngga salah waktu itu kegiatannya diadakan di GOR Rawamangun.
Saya dan murid-murid lain yang tidak ikut berlomba dikirim sekolah untuk menonton atau jadi suporter.
Entah gmana prosesnya saya lupa, hari kedua atau hari terakhir perlomba’an, saya sengaja menyiapkan sebuah pisau dapur kecil ukuran satu jengkal yang sudah karatan, dibawa ditas sekolah saya. Mungkin sa’at itu saya khawatir kalau terjadi tawuran sehingga saya mempersiapkan diri seadanya. Sekedar buat menjaga diri.
Di tempat lomba sebenarnya suasananya aman-aman saja, namun entah gmana prosesnya sa’at sedang menonton lomba pimpong, pisau itu jatuh dari tas saya dan ada orang yang melihat dan melaporkan pada penjaga keamanan di lokasi.
Saya pun ditangkap dan di giring ke posko. Ditanyai macam-macam.
Akhirnya setelah beberapa lama kemudian guru saya seorang militer datang masuk ke posko menjemput saya. Setelah bernegosiasi akhirnya saya dilepas tidak dilaporkan ke polisi.
Namun konsekwensinya sa’at itu saja benar-benar habis dimarahi guru.
Mereka sangat kaget dan heran, murid mereka yang kelihatan pendiam dan santun, ngga pernah berbuat macem-macem malah sekarang bikin malu sekolah.
Saya dihukum dijemur di lapangan, push up, lari, menghadap guru pembimbing, bahkan orangtua saya dipanggil melalui surat.
Sa’at itu saya jadi terkenal di sekolah…. Saya dianggap preman sekolah.
Dokter palsu
Waktu itu saya sudah kerja di RSPP, sebagai petugas laboratorium klinik disana.
Suatu hari kantor saya menugaskan saya untuk menghadiri symposium tentang medis di Hotel Aryaduta di bilangan Tugu Tani Jakarta. Pesertanya banyak yang datang dari seluruh penjuru Jakarta, bahkan mungkin juga dari luar daerah.
Profesinya sebagian selain tenaga lab, juga ada yang bekerja sebagai marketing alat medik dan dokter-dokter penanggung jawab lab masing-masing.
Suatu sa’at kami semua bisa istirahat untuk makan siang di kantin di hotel, sajiannya prasmanan ambil sendiri. Entah gmana waktu itu saya sendirian rekan saya bergabung dengan orang lain, saya akhirnya menemukan meja dimana disana ada 2 orang wanita yang juga sedang akan makan siang dan masih ada 2 bangku kosong lagi di meja itu.
Saya pun duduk disitu, nekad karena biasanya saya lebih banyak menghindar kontak dengan orang asing.
Ternyata datang lagi seorang wanita duduk dibangku terakhir.
Kamipun ngobrol sedikit berbasa-basi, dari pembicara’an mereka saya sadar kalau mereka adalah dokter-dokter dari daerah yang datang ke Jakarta untuk akreditasi dapat poin tambahan. Mereka lulusan Universitas Indonesia dan mereka sepertinya menganggap saya lulusan kedokteran juga.
Setelah beberapa lama makanan hampir habis ngga ingat gmana awalnya satu orang mulai bertanya-tanya saya lulusan kedokteran mana, dan konyolnya saya yang malu dan gengsi ‘Cuma’ lulusan Sekolah Analis Kesehatan ngaku asal nyebut saja lulusan UI, karena setahu saya semua dokter pasti lulusan dari UI.
Eh entah gmana mereka tambah nanya lagi lulusan tahun berapa, siapa dosennya, dan macem-macem pertanya’an yang satu persatu jadi sulit buat saya menjawab mencoba menyakinkan mereka kalau saya dokter lulusan UI.
Sampai kemudian salah satu wanita yang kayaknya dari aceh sumatera dari nada suaranya sepertinya sudah tahu kalau saya bukan lulusan kedokteran sama sekali, bertanya lagi yang saya tahu adalah pertanya’an sindiran dan menjebak.
Saya yang sudah ketahuan jadi terdiam dan langsung permisi pergi dari meja itu sambil beralasan teman saya menunggu. Yang saya dengar mereka tertawa cekikikan dan saya hanya bisa melangkah menahan malu yang ngga ketulungan, berharap kejadian tadi terlupakan segera namun sampai sekarangpun saya masih teringat kejadian itu. Ternyata berbohong itu tidak manfa’at, malah bikin malu.
Landing di WC pesawat.
8 tahun yang lalu dalam perjalanan menuju Amerika serikat di pesawat boing 747 NorthWest, saat itu pesawat sudah hampir 14 jam mengudara dan menjelang landing atau mendarat di bandara Mineapolis USA untuk transit sebelum saya melanjutkan penerbangan ke Washington DC. saya lupa apa memang karena mules beneran atau kebelet pipis atau karena hal lain abah memutuskan ke WC dulu sebelum pesawat mendarat. masih 10 menit lagi lah. waktu itu saya memang baru pertama kali naik pesawat dan pertama kalinya juga ke luar negeri, dari tadi saya mikir-mikir gmana nanti di imigrasi kira-kira ditanyai apa saja? maklum dari cerita-cerita yang saya dengar kalau masuk kebandara luar negeri kesannya urusan imigrasi selalu menyeramkan. ada yang dicurigai nyelundupi inilah, itulah.. bawa obat ditanyai ini obat apa? bawa makanan juga... atau bahkan kalau batuk dikit barangkali dalam bayangan saya, saya akan diseret oleh pihak imigrasi ke lab untuk periksa rontgen paru-parunya, takut bawa kuman TBC, hahaha.. gmana kalau ternyata paspor abah bermasalah? nanti disangka mau jadi illegal aliean, mau cari kerja di Amrik..wah, pokoknya seram-seram, habis dari semenjak di bandara soekarno hatta, di singapore, di Tokyo, pemeriksa'an imigrasinya macem-macem dan ketat banget.gmana nanti di pintu terakhir gerbang ke Amerika, barangkali di suruh striptis kah??? wakakak... :P
kbetulan saya bawa sekantung biji kacang, udah mateng, buat ngemil dijalan. tapi di formulir imigrasi USA disitu tercantum dilarang bawa biji-bijian masuk ke Amerika. wah gmana nih? kalau ketahuan bawa biji kacang goreng nanti saya dipenjara trus dimasukkan ke penjara alcatraz... serem.pokoknya sa'at itu saya memang kuper banget dan freak out sendiri dengan sesuatu yang serba asing.sampai bawa kacang goreng saja saya ketakutan.akhirnya saya memutuskan kacang gorengnya abah buang saja di toilet pesawat, disitu kalau ngga salah ada tempat sampah. kalau dibuang di jok dekat bangku nanti ketahuan dari nomer bangku abah, bisa-bisa selama di Amerika abah dikejar-kejar agen FBI, CIA dan FDA gara-gara ketahuan bawa biji kacang.di dalam WC pesawat, setelah merasa aman, abah membuka kantung plastik berisi kacang yang masih segenggam, trus di plurukin di lubang wc pesawat.... di flush pakai angin, dan diam dulu beberapa menit supaya kesannya memang lagi buang hajat. eh karena kelama'an akhirnya jadi ingin buang hajat beneran, lalu nongkrong deh disitu. saya ternyata tidak menghitung watu dengan cermat, karena keasyikan sendiri di WC pesawat ternyata pesawat sudah waktunya mendarat..
saya bingung, sudah diumumkan penumpang harus pakai safety belt, kalau saya keluar saya nanti bisa terpelanting kesana kemari karena ngga pakai seat belt. akhirnya saya memutuskan untuk duduk saja di wc menunggu pesawat benar-benar mendarat..2 menit yang cukup menarik dalam hidup saya, merasakan getaran pesawat sa'at mengeluarkan roda dari badan pesawat, saat badan pesawat terasa menurun drastis, saat roda pesawat menyentuh landasan pesawat udara, wah.. kayak di roller coster..untung ngga ada yang tumpah isi wcnya..sa'at terdengar pengumuman pesawat sudah mendarat dengan aman dan sudah bisa membuka safety beltnya, saya pun keluar dari wc.kebetulan di dekat pintu tempat duduknya 2 pramugari pesawat yang keduanya masih duduk di bangku masing-masing. saat mereka melihat saya keluar dari wc, kayaknya mereka bengong dan geli melihat saya. saya pun kabur dengan malu menuju bangku saya. mengambil tas saya dan turun dari pesawat secepatnya..
Amerika, here I come.... with no beans attached....
Bikin Nyasar
Ketika itu saya masih single fighter.
kebetulan lagi jatuh hati sama seorang wanita yang cantik dan unik.
sebut saja namanya 'mba W'.dia tahu kalau saya suka sama dia tapi dia hanya menimpali dengan becanda-canda. pada intinya dia sudah ada yang punya.tapi waktu itu saya juga ngga nyadar kalau dia itu terlalu tinggi buat saya. out of reach.pokoknya ibarat pungguk merindukan bulan. ngga mungkin lah...tapi saya dalam hati tetap kagum sama dia.
kebetulan juga dia wanita mandiri dan powerful dalam artian smart dan strong will.
yang bikin saya minder ya itu, dia punya mobil sendiri dan bisa nyetir mobil lagi. dia bahkan punya motor gede.honda CBR. motor honda grand saya jadi lucu kalau kebetulan boncengin dia.
kebetulan suatu hari saya dan teman-teman mau nengokin atau main kerumah seorang teman di kayu manis.dan kebetulan hanya saya yang tahu lokasi rumahnya, so saya jadi pemandu rombongan.wah kebetulan lagi karena saya jadi pemandu, saya dipersilahkan duduk didepan bersama sang supir yang tidak lain adalah wanita puja'an hati... saya hampir salah tingkah kayaknya tapi berusaha tenang dan 'ngga norak' lah... trying to be as cool as possible.dia juga kayaknya agak sedikit canggung karena saya pun bingung mau ngobrolin apa duduk disampingnya.sedangkan teman-teman yang lain pada santai duduk dibelakang ngga tahu kalau saya lagi keringat dingin.antara kikuk, malu, dan 'bahagia', bercampur jadi satu.
sampai kemudian tiba jalan pramuka, karena lokasi rumah teman itu ada dekat SMA 31 utan kayu, saya arahkan mobil masuk lewat jalan kayu manis timur. wah macet banget siang itu... terlalu macet malah...saya sampai ngga enak lihat si 'dia' berjuang nyetir sementara saya enak duduk manis disampingnya... dunia terasa terbalik...sampai akhirnya kami benar-benar tidak bisa maju lagi gara-gara 'kemacetan' yang terlalu sangat sulit ditembus..tapi lho kok kayaknya ada yang aneh ya...didepan ada mobil bak terbuka yang ngga mau ngasih jalan, dia langsung 'mencegat' mobil mba W hadap-hadapan sehingga tidak bisa maju lagi.mba W marah tapi supir mobil bak terbuka itu lebih ngotot lagi... dia turun dari mobil dan menghampiri mba W dan marah karena bikin macet... mba W ngga terima balik memarahi mas-mas itu. saya yang duduk di sebelahnya nyaris kaku ngga tahu mau ngapain.. situasi seperti itu nyaris diluar agenda dan jauh dari bayangan saya yang tadinya serba romantis.. hehehe..
kebetulan suatu hari saya dan teman-teman mau nengokin atau main kerumah seorang teman di kayu manis.dan kebetulan hanya saya yang tahu lokasi rumahnya, so saya jadi pemandu rombongan.wah kebetulan lagi karena saya jadi pemandu, saya dipersilahkan duduk didepan bersama sang supir yang tidak lain adalah wanita puja'an hati... saya hampir salah tingkah kayaknya tapi berusaha tenang dan 'ngga norak' lah... trying to be as cool as possible.dia juga kayaknya agak sedikit canggung karena saya pun bingung mau ngobrolin apa duduk disampingnya.sedangkan teman-teman yang lain pada santai duduk dibelakang ngga tahu kalau saya lagi keringat dingin.antara kikuk, malu, dan 'bahagia', bercampur jadi satu.
sampai kemudian tiba jalan pramuka, karena lokasi rumah teman itu ada dekat SMA 31 utan kayu, saya arahkan mobil masuk lewat jalan kayu manis timur. wah macet banget siang itu... terlalu macet malah...saya sampai ngga enak lihat si 'dia' berjuang nyetir sementara saya enak duduk manis disampingnya... dunia terasa terbalik...sampai akhirnya kami benar-benar tidak bisa maju lagi gara-gara 'kemacetan' yang terlalu sangat sulit ditembus..tapi lho kok kayaknya ada yang aneh ya...didepan ada mobil bak terbuka yang ngga mau ngasih jalan, dia langsung 'mencegat' mobil mba W hadap-hadapan sehingga tidak bisa maju lagi.mba W marah tapi supir mobil bak terbuka itu lebih ngotot lagi... dia turun dari mobil dan menghampiri mba W dan marah karena bikin macet... mba W ngga terima balik memarahi mas-mas itu. saya yang duduk di sebelahnya nyaris kaku ngga tahu mau ngapain.. situasi seperti itu nyaris diluar agenda dan jauh dari bayangan saya yang tadinya serba romantis.. hehehe..
lebih kaku lagi saya sa'at akhirnya mas itu bilang kalau kami ini melawan arus.... ini jalan satu arah.. didepan ada plang perboden ngga lihat apaa...ya ampun malu nya saya.. gmana sih pemandu jalannya..... kebiasa'an naik motor jadinya jalan satu arah pun dibablas.. ampun.
akhirnya dengan susah payah dibantu beberapa bapak-bapak dipinggir jalan, mobil kami bisa putar balik... mencari jalan lain lewat samping rel kereta api... dan sampai di rumah teman kami beberapa lama kemudian.
akhirnya dengan susah payah dibantu beberapa bapak-bapak dipinggir jalan, mobil kami bisa putar balik... mencari jalan lain lewat samping rel kereta api... dan sampai di rumah teman kami beberapa lama kemudian.
saya lebih banyak diam setelah itu.
semenjak itu saya mundur dari dunia persilatan.. (tidak ngejar dia lagi maksudnya..)
No comments:
Post a Comment