Dari milis sebelah,
Sepanjang hidup, kita telah menyaksikan berbagai macam pemandangan; taman-taman yang indah, lautan yang membiru, pepohonan yang menghijau, pegunungan yang menjulang tinggi, dan orang-orang yang kita cintai. Kita juga telah banyak mendengar berbagai macam bunyi, mencium berbagai bau, mengecap berbagai citra rasa makanan dan merasakan berbagai macam sentuhan. Semua kejadian ini kita anggap sebagai sesuatu yang benar-benar wujud di luar kita, dan begitulah yang kita yakini selama ini. Akan tetapi kita tidak pernah berfikir bagaimana dan di mana semua hal ini terjadi, apakah semua ini benar-benar ada di luar diri kita ataukah tidak?
Sejauh ini, kita telah lupa bahwa semuanya hanya terjadi di dalam imajinasi kita, di dalam otak kita. Semua yang terjadi di dalam hidup kita; perasaan dan persepsi kita tentang dunia luar hanya berupa susunan sinyal-sinyal listrik dan otak kitalah yang membuat sinyal-sinyal ini penuh makna dalam hidup kita. Otaklah yang menerjemahkan semua sinyal-sinyal ini menjadi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap, warna, cahaya dan bunyi-bunyian.
Ketika kita masih duduk di sekolah menengah atas, kita diberitahu bahwa sepanjang hidup kita, kita hanya bergantung pada lima panca indra kita. Ketika ada orang yang menanyakan pada anda, dengan apa anda melihat, anda mungkin akan mejawab “saya melihat dengan mata saya”. Akan tetapi jawabannya tidak sesederhana itu.
Proses melihat terjadi ketika cahaya dipantulkan dari sebuah benda melewati lensa mata dan menimbulkan bayangan terbalik di retina yang berada di belakang otak. Setelah melewati proses kimiawi yang ditimbulkan oleh sel-sel kerucut dan batang retina, penglihatan ini pun berubah menjadi implus listrik. Implus ini kemudian dikirim melalui sambungan di dalam sistem syaraf ke belakang otak. Kemudian otak menerjemahkan aliran ini menjadi sebuah penglihatan tiga dimensi yang penuh makna.
Sistem pendengaran pun terjadi dengan cara yang sama, telinga menangkap bunyi di sekeliling kita dan mengirimnya ke telinga bagian tengah, telinga bagian tengah memperbesar getaran suara ini dan mengirimkannya ke telingah bagian dalam, telinga bagian dalam menerjemahkan getaran-getaran suara tadi menjadi sinyal-sinya listrik dan selanjutnya diteruskan ke otak, kemudian diteruskan ke pusat pendengaran di otak. Dan begitu pun dengan proses panca indra lainnya, semuanya hanyalah kumpulan sinyal-sinyal listrik yang diterjemahkan di dan oleh otak.
Selama ini, kita berkeyakinan bahwa dunia ini benar-benar wujud di luar diri kita, akan tetapi dunia ini hanya ada di dalam diri kita sendiri. Ketika anda melihat layar komputer, anda tidak melihatnya di luar diri anda melainkan anda hanya melihat salinannya di dalam otak anda. Anda tidak akan pernah mampu untuk membuktikan apakah komputer tersebut benar-benar wujud di luar otak anda. Begitu pun dengan suara yang anda dengar, anda tidak akan penah mendengar suara sejati yang ada di luar otak anda. Di luar otak anda hanya terdapat gelombang-gelombang elektromagnetik dan gelombang inilah yang diterjemahkan oleh otak sebagai bunyi.
Segala hal yang kita saksikan di sepanjang hidup kita, semuanya hanya terjadi di dalam otak kita. Apa yang kita sebut sebagai “Dunia Kita” hanyalah koleksi dari semua persepsi yang digabungkan dengan satu cara yang penuh arti dan di lihat dari sebuah layar di dalam otak kita. Seumur hidup, kita tidak akan pernah mampu membuktikan wujud material yang sesungguhnya. Karena kita hidup hanya dalam dunia persepsi. Walaupun semuanya hanyalah persepsi-persepsi, akan tetapi persepsi ini tampak seperti nyata dan kita tidak pernah menyadari jika semuanya hanyalah kumpulan persepsi.
Untuk membuktikan bahwa dunia yang kita jalani hanyalah dunia persepsi. Mari kita telaah tentang mimpi. Di dalam mimpi kita juga merasakan apa yang kita rasakan di dunia yang kita anggap nyata, seperti menyentuh benda-benda, memakan makanan, ngobrol bersama teman, chatingan, menonton film dan lain sebagainya. Bahkan mimpi bisa mempengaruhi psikologis jiwa kita.
Descartes pun menyatakan: “Di dalam mimpiku, aku melihat diriku berjalan ke suatu tempat, tatkala aku bangun aku sadar aku tidak kemana-mana tapi aku tetap di sini, dan aku mendapatkan diriku tetap berbaring di tempat tidurku. Siapa yang bisa menjamin bahwa saat ini aku tidak sedang bermimpi atau hidupku saat ini bukanlah sebuah mimpi?”
Apa yang membedakan kehidupan nyata dengan mimpi? tidak ada perbedaan, semuanya terjadi di dalam otak kita. Kita baru sadar bahwa itu adalah mimpi hanya ketika kita terjaga. Perkembangan teknologi pun telah membuktikan hal ini, simulator contohnya, dengan bantuan topi yang di lengkapi dengan kacamata dan sarung tangan, seseorang mampu merasakan gambar 3 dimensi yang benar-benar nyata dan membayangkan dirinya berada di suatu tempat di dalam gambar tersebut. Sepanjang hidup, kita tidak akan pernah mampu keluar dari otak kita. Dan kita hanyalah manusia yang seumur hidupnya terus hidup dalam tataran persepsi di dalam otak.. Inilah The Brain Man; Manusia Otak.
Tetapi bagaimanakah semuanya terjadi, otak kita hanyalah segumpal daging yang terdiri dari air, lipid, protein dan zat-zat lainnya. Bagaimanakah seonggok daging lembek ini bisa mengetahuai sinyal mana yang diterjemahkan menjadi suara, pemandangan, citra rasa buah dan bau-bauan, padahal di dalam otak kita tidak ada cahaya, suara dan bau? Siapakah yang mendengar suara-suara dari luar jendela padahal otak kita kedap bunyi? Siapakah yang merasakan sensasi seperti panas, dingin, dan kejauhan? Siapakah yang merasakan manisnya kue, pekatnya kopi, dan asinnya garam? Jelaslah, bahwa bukanlah otak yang merasakan semuanya. Pastilah ada wujud lain selain otak yang merasakannya.
Satu-satunya sumber yang dapat menjawab hal ini adalah agama. Al-Qur’an menerangkan bahwa Allahlah yang telah menciptakan mansia yang terdiri dari fisik dan kemudian meniupkan ruh padanya. “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (al-Hijr; 28-29)
Melalui ayat ini kita mengerti bahwa yang merasakan semua persepsi ini adalah ruh kita yang telah diberikan Allah kepada semua makhluk hidup. Setiap mansia mempunyai ruh yang dapat melihat dunia ini tanpa mata, mendengar tanpa telinga, mengecap tanpa lidah, merasa tanpa kulit dan mencium tanpa hidung.
Akan tetapi ada pertanyaan selanjutkan yang akan muncul, bukankah ruh kita menyaksikan semuanya juga melalui otak kita? Namun siapakah yang menciptakan semua citra dalam otak sehingga dapat dirasakan oleh ruh kita? Apakah otak sendiri mampu menciptakan pemandangan, citra rasa, halusnya sentuhan dan bunyi yang menentramkan jiwa? Wujud yang memperlihatkan semua pemandangan ini adalah Allah, Tuhan semesta alam. Dan Allah menciptakan semua citra di dalam otak manusia hanya berupa penampakan-penampak an, citra-citra dan persepsi-persepsi, ini bagaikan pancaran gelombang radio dan televisi, selagi ada gelombang maka televisi dan radio dapat menampilkan gambar, suara dan kejernihan jarak.
Begitulah kehidupan kita, semuanya hanyalah persepsi yang terus menerus di pancarkan Sang Pencipta. Ketika persepsi ini dihentikan, maka berarti kita telah meninggal dunia, dan selanjutnya kita akan diperlihatkan persepsi-persepsi dan dimensi yang berbeda, dan semuanya dalam satu cara; melalui pikiran kita. Allahu’alam.
Kairo, Selasa 21 Juli 2009
Sejauh ini, kita telah lupa bahwa semuanya hanya terjadi di dalam imajinasi kita, di dalam otak kita. Semua yang terjadi di dalam hidup kita; perasaan dan persepsi kita tentang dunia luar hanya berupa susunan sinyal-sinyal listrik dan otak kitalah yang membuat sinyal-sinyal ini penuh makna dalam hidup kita. Otaklah yang menerjemahkan semua sinyal-sinyal ini menjadi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap, warna, cahaya dan bunyi-bunyian.
Ketika kita masih duduk di sekolah menengah atas, kita diberitahu bahwa sepanjang hidup kita, kita hanya bergantung pada lima panca indra kita. Ketika ada orang yang menanyakan pada anda, dengan apa anda melihat, anda mungkin akan mejawab “saya melihat dengan mata saya”. Akan tetapi jawabannya tidak sesederhana itu.
Proses melihat terjadi ketika cahaya dipantulkan dari sebuah benda melewati lensa mata dan menimbulkan bayangan terbalik di retina yang berada di belakang otak. Setelah melewati proses kimiawi yang ditimbulkan oleh sel-sel kerucut dan batang retina, penglihatan ini pun berubah menjadi implus listrik. Implus ini kemudian dikirim melalui sambungan di dalam sistem syaraf ke belakang otak. Kemudian otak menerjemahkan aliran ini menjadi sebuah penglihatan tiga dimensi yang penuh makna.
Sistem pendengaran pun terjadi dengan cara yang sama, telinga menangkap bunyi di sekeliling kita dan mengirimnya ke telinga bagian tengah, telinga bagian tengah memperbesar getaran suara ini dan mengirimkannya ke telingah bagian dalam, telinga bagian dalam menerjemahkan getaran-getaran suara tadi menjadi sinyal-sinya listrik dan selanjutnya diteruskan ke otak, kemudian diteruskan ke pusat pendengaran di otak. Dan begitu pun dengan proses panca indra lainnya, semuanya hanyalah kumpulan sinyal-sinyal listrik yang diterjemahkan di dan oleh otak.
Selama ini, kita berkeyakinan bahwa dunia ini benar-benar wujud di luar diri kita, akan tetapi dunia ini hanya ada di dalam diri kita sendiri. Ketika anda melihat layar komputer, anda tidak melihatnya di luar diri anda melainkan anda hanya melihat salinannya di dalam otak anda. Anda tidak akan pernah mampu untuk membuktikan apakah komputer tersebut benar-benar wujud di luar otak anda. Begitu pun dengan suara yang anda dengar, anda tidak akan penah mendengar suara sejati yang ada di luar otak anda. Di luar otak anda hanya terdapat gelombang-gelombang elektromagnetik dan gelombang inilah yang diterjemahkan oleh otak sebagai bunyi.
Segala hal yang kita saksikan di sepanjang hidup kita, semuanya hanya terjadi di dalam otak kita. Apa yang kita sebut sebagai “Dunia Kita” hanyalah koleksi dari semua persepsi yang digabungkan dengan satu cara yang penuh arti dan di lihat dari sebuah layar di dalam otak kita. Seumur hidup, kita tidak akan pernah mampu membuktikan wujud material yang sesungguhnya. Karena kita hidup hanya dalam dunia persepsi. Walaupun semuanya hanyalah persepsi-persepsi, akan tetapi persepsi ini tampak seperti nyata dan kita tidak pernah menyadari jika semuanya hanyalah kumpulan persepsi.
Untuk membuktikan bahwa dunia yang kita jalani hanyalah dunia persepsi. Mari kita telaah tentang mimpi. Di dalam mimpi kita juga merasakan apa yang kita rasakan di dunia yang kita anggap nyata, seperti menyentuh benda-benda, memakan makanan, ngobrol bersama teman, chatingan, menonton film dan lain sebagainya. Bahkan mimpi bisa mempengaruhi psikologis jiwa kita.
Descartes pun menyatakan: “Di dalam mimpiku, aku melihat diriku berjalan ke suatu tempat, tatkala aku bangun aku sadar aku tidak kemana-mana tapi aku tetap di sini, dan aku mendapatkan diriku tetap berbaring di tempat tidurku. Siapa yang bisa menjamin bahwa saat ini aku tidak sedang bermimpi atau hidupku saat ini bukanlah sebuah mimpi?”
Apa yang membedakan kehidupan nyata dengan mimpi? tidak ada perbedaan, semuanya terjadi di dalam otak kita. Kita baru sadar bahwa itu adalah mimpi hanya ketika kita terjaga. Perkembangan teknologi pun telah membuktikan hal ini, simulator contohnya, dengan bantuan topi yang di lengkapi dengan kacamata dan sarung tangan, seseorang mampu merasakan gambar 3 dimensi yang benar-benar nyata dan membayangkan dirinya berada di suatu tempat di dalam gambar tersebut. Sepanjang hidup, kita tidak akan pernah mampu keluar dari otak kita. Dan kita hanyalah manusia yang seumur hidupnya terus hidup dalam tataran persepsi di dalam otak.. Inilah The Brain Man; Manusia Otak.
Tetapi bagaimanakah semuanya terjadi, otak kita hanyalah segumpal daging yang terdiri dari air, lipid, protein dan zat-zat lainnya. Bagaimanakah seonggok daging lembek ini bisa mengetahuai sinyal mana yang diterjemahkan menjadi suara, pemandangan, citra rasa buah dan bau-bauan, padahal di dalam otak kita tidak ada cahaya, suara dan bau? Siapakah yang mendengar suara-suara dari luar jendela padahal otak kita kedap bunyi? Siapakah yang merasakan sensasi seperti panas, dingin, dan kejauhan? Siapakah yang merasakan manisnya kue, pekatnya kopi, dan asinnya garam? Jelaslah, bahwa bukanlah otak yang merasakan semuanya. Pastilah ada wujud lain selain otak yang merasakannya.
Satu-satunya sumber yang dapat menjawab hal ini adalah agama. Al-Qur’an menerangkan bahwa Allahlah yang telah menciptakan mansia yang terdiri dari fisik dan kemudian meniupkan ruh padanya. “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (al-Hijr; 28-29)
Melalui ayat ini kita mengerti bahwa yang merasakan semua persepsi ini adalah ruh kita yang telah diberikan Allah kepada semua makhluk hidup. Setiap mansia mempunyai ruh yang dapat melihat dunia ini tanpa mata, mendengar tanpa telinga, mengecap tanpa lidah, merasa tanpa kulit dan mencium tanpa hidung.
Akan tetapi ada pertanyaan selanjutkan yang akan muncul, bukankah ruh kita menyaksikan semuanya juga melalui otak kita? Namun siapakah yang menciptakan semua citra dalam otak sehingga dapat dirasakan oleh ruh kita? Apakah otak sendiri mampu menciptakan pemandangan, citra rasa, halusnya sentuhan dan bunyi yang menentramkan jiwa? Wujud yang memperlihatkan semua pemandangan ini adalah Allah, Tuhan semesta alam. Dan Allah menciptakan semua citra di dalam otak manusia hanya berupa penampakan-penampak an, citra-citra dan persepsi-persepsi, ini bagaikan pancaran gelombang radio dan televisi, selagi ada gelombang maka televisi dan radio dapat menampilkan gambar, suara dan kejernihan jarak.
Begitulah kehidupan kita, semuanya hanyalah persepsi yang terus menerus di pancarkan Sang Pencipta. Ketika persepsi ini dihentikan, maka berarti kita telah meninggal dunia, dan selanjutnya kita akan diperlihatkan persepsi-persepsi dan dimensi yang berbeda, dan semuanya dalam satu cara; melalui pikiran kita. Allahu’alam.
Kairo, Selasa 21 Juli 2009
No comments:
Post a Comment