Wisata ke Kota tua di malam hari



Hari minggu awal bulan Maret, setelah persiapan selama 3 minggu akhirnya remaja masjid bisa mengadakan tur yang kali ini diadakan di Kota tua glodok.Tadinya mereka inginnya piknik ke Dufan Ancol, tapi karena saya sempat mengusulkan kenapa ngga ke Kota tua saja karena disana banyak museum yang bagus2 seperti Museum Bank mandiri, Museum Fatahillah, Museum wayang, Museum keramik dan lainnya, kan bagus jalan jalan sekaligus dapet pengetahuan, dan ternyata usul saya di dukung oleh bapak ketua pengurus masjid, dari pada ke Dufan yang mahal, crowded, bising dan pasti kalau sudah sampai disana susah kumpulnya karena tiap orang pasti punya tujuan masing2, akhirnya disepakati mereka mau ke Kota tua.
tapi yang bikin saya heran mereka memilih pergi dimalam hari, katanya suasana si kota tua di malam hari bagus. lho, bukannya pada mau ke museum? memang museum buka malam2?ternyata kayaknya mereka memang tidak begitu minat ke Museum, mau ngumpul2nya saja mungkin.sebenarnya sayang sekali sih, karena seandainya mereka bisa jalannya di pagi hari mungkin akan lebih menarik dan manfa'at.karena saya termasuk pengurus masjid juga, saya diminta mendampingi mereka jalan.
Rombongan berangkat setelah shalat magrib, para remaja pria memakai motor sementara remaja wanitanya dengan mobil. saya sendiri juga naik motor boncengin bapak ketua pengurus masjid yang bisa ikut juga. targetnya mau kumpul didepan musium fatahillah.
wah, malam senin, ternyata jalan menuju kekota macet juga. ternyata ada kerumunan mobil parkir di sebuah gedung resepsi pernikahan.sampai disana saya tertegun... kok rame banget...? dihalaman depan museum fatahillah sedang berlangsung konser musik berirama reggea.. tempat itu jadi penuh manusia, kebanyakan muda-mudi dan pedagang tentunya.
Ketika saya bertemu dengan ketua remaja masjidnya, dia sepertinya juga lemas dan agak kecewa, tapi dia berusaha untuk tenang.. kata dia dia ngga sangka kalau setiap malam minggu dan senin disini ada acara musik seperti ini. memang berisik.
akhirnya rombongan ini 'mengungsi' menjauhi areal lapangan itu, mencari tempat yang lebih sepi.sayang tidak bawa alas tikar sehingga mereka terpaksa duduk seadanya di trotoar disamping museum fatahillah.acara pun di mulai dibuat seakrab dan sesantai mungkin. remaja putra dan putri saling berinteraksi, tukar menukar kado dan berfoto-2. juga ada acara makan2 bersama tentunya dengan nasi bungkus.
Disana sekitar 90 menit, akhirnya acara ditutup sekitar jam 0930. bertepatan juga dengan selesainya konser musik reggea kayaknya karena saya lihat penonton mulai bubar. acara ditutup dengan doa bersama, namun ada yang menarik terjadi.. saat lagi doa bersama, 2 orang remaja wanita berjalan melewati kami dan cekikikan saling nyeletuk .. 'amiin.... amiin...'. sepertinya mereka lagi mentertawakan.
kasihan, 2 remaja ini mungkin merasa lucu.. melihat rombongan remaja wanita yang semuanya berpakaian muslimah ada disitu. mungkin pemandangan yang tidak lazim disitu. tapi kasihan, 2 remaja putri ini tidak sadar kalau mereka bertingkah ibaratnya sepasang iblis.. atau mereka memang iblis?semoga nantinya mereka diberi hidayah dari Allah, menyadari kesalahan mereka dan mau berubah menjadi insan yang lebih mulia.
Alhamdulillah semua sampai di masjid dengan selamat. semoga next time lebih well prepared lagi deh.
ini sedikit artikel dari internet tentang kota tua di malam hari:
Citra Malam yang Negatif Kompas/Osa Triyatna, 24 Februari 2009
Jika masih ada suara sumbang tentang kawasan Kota Tua, khususnya di malam hari, barangkali gambaran ini yang dimaksudkan. Gambaran suasana terang di satu sisi, tapi gelap di banyak sisi lain. Tak ada kegiatan yang menghidupkan kawasan ini begitu matahari merosot ke balik horison. Satu-satunya kafe yang tetap membuka diri bagi semua orang tak lain Kafe Batavia – ini di luar pembicaraan tentang tempat hiburan lain yang tak ditujukan bagi sembarang warga.
Bicara soal Taman Fatahillah, wajar saja jika sejak dibenahi tempat ini makin dirubung warga dari pagi hingga ke pagi lagi. Yang jadi soal bisa jadi adalah tak ada upaya menghidupkan kawasan ini. Pukul 15.00 museum di kawasan itu selesai beroperasi. Malamnya, ya terserah warga yang ingin memanfaatkan taman. Masih mau potret-potret, ngobrol, atau mojok di sisi-sisi gelap kawasan itu.
Motor bahkan mobil masih saja seliweran di taman yang lantainya makin banyak yang melesak itu. Tambahan, kondisi kaca lampu bahkan lampu yang dipasang di lantai taman makin memprihatinkan. Belum lagi tembok dan lantai yang bocel-bocel gara-gara pemain skateboard amatir yang banting-bantingan skateboard di lahan ini.
“Kalau Jumat, Sabtu rame bisa sampe pagi. Kalau diturutin bisa-bisa di sini terus, enggak ada sepinya,” ujar salah seorang pedagang minuman, Minggu malam. Dalam remang, memang terlihat orang masih memenuhi taman, bahkan meski jam sudah menunjukkan pukul 23.00, orang masih saja mengalir. Dalam remang pula terlihat pasangan-pasangan yang makin menikmati angin malam di atas motor di sisi tergelap taman, di bawah meriam, di bola-bola besi, di mana-mana.
Warta Kota tak hendak menghakimi siapapun yang ingin menikmati apapun di taman publik itu tapi alangkah lebih baik jika lorong di antara gedung Dasaad Musin dan Kantor Pos diberi penerangan yang sewajarnya. Sehingga tak perlu ada warga, yang sedang lewat, yang terkejut menemukan sepasang - Oh, maaf, sederetan pasangan - manusia yang tengah berasyik masyuk di atas motor di sudut tergelap.
Barangkali intinya adalah bagaimana seluruh pihak memanfaatkan kawasan sehingga kawasan tak hanya hidup di kala matahari menyemprotkan sinarnya. Yang terpenting adalah mengubah citra kawasan yang negatif (di malam hari) dengan berbagai kegiatan yang memaksa orang untuk terus lebih kreatif dan ujung-ujungnya bisa mengubah nasib kawasan ke arah yang makin menjanjikan.
http://www.kompas.com/readkotatua

No comments: