Latihan Bersyukur
Rasulullah SAW bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (Muttafaq Alaihi dari Abu Hurairah).
Sungguh merugi seseorang yang menghabiskan hidupnya hanya untuk menyesali takdir yang sudah berlaku. Kekecewaan yang dirasakan takkan merubah "jatah" yang telah diberikan. Justru malah menjadikannya semakin tidak bersyukur dengan kenikmatan-kenikmat an yang telah diberikan Allah kepadanya.
Seringkali kita tersilaukan oleh kelebihan-kelebihan yang diberikan Allah kepada orang lain sehingga kita menganggap bahwa Allah bersikap tidak adil terhadap kita. Harta yang banyak, fisik yang sempurna, kehidupan yang mewah kerap menjadikan kita seolah-olah ingin "memprotes" kebijakan Allah terhadap kita. Seakan-akan Allah pilih kasih dalam memberikan nikmatNya. Padahal jika kita mau menyadari, sesungguhnya semua yang telah ditakdirkan Allah terhadap seluruh hamba-Nya bertujuan untuk menguji sejauh mana rasa syukur hamba tersebut.
Menyesali takdir hanya akan menambah kegelisahan dalam hati yang tak kunjung reda. Seorang hamba yang cerdas tentu akan lebih memilih jalur syukur daripada jalur kufur. Bahkan Allah menjanjikan bagi siapapun yang bersyukur dengan tambahan nikmat dan siapapun yang kufur dengan ancaman adzab.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat menyakitkan" . (QS. Ibrahim: 7)
Rasulullah mengajarkan kita dalam melatih kesyukuran dengan cara memperhatikan orang-orang yang keadaannya berada di bawah kita, karena hal itu dapat mengingatkan kita akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Barangkali perlu sesekali kita pergi ke rumah sakit untuk membuktikan bahwa ternyata kesehatan merupakan nikmat yang sangat mahal. Atau pergi ke perkampungan kumuh untuk melihat mereka yang hidup serba pas-pasan. Kita akan merasakan bahwa kehidupan yang kita jalani selama ini merupakan kenikmatan besar. Kita bisa bernafas tanpa gangguan, melihat warna-warni indahnya dunia, mendengarkan alunan tilawah dan nasyid yang merdu, merasakan manis, asin, asam, pahit semuanya merupakan nikmat Allah yang tak terkira.
Kita akan dapat merasakan semua kenikmatan itu ketika suatu saat Allah mencabut kenikmatan itu dari diri kita (Na'udzubillah). Nikmatnya sehat baru akan terasa saat kita jatuh sakit. Nikmatnya bisa berjalan normal akan terasa ketika kita kehilangan kaki kita. Nikmatnya bisa melihat alam dunia saat kita kehilangan penglihatan, begitu seterusnya.
Lalu masihkah kita sering mengeluh dan mengadu tentang nasib kita yang kurang beruntung? Atau fisik kita yang kurang sempurna? Atau rezeki kita yang kurang lancar? Masihkah kita menganggap bahwa kenikmatan hanya sesuatu yang bersifat materi saja? Pernahkah kita berfikir bahwa ketenangan hati dan pikiran, keharmonisan rumah tangga, kemudahan urusan dan lain sebagainya merupakan kenikmatan yang sangat besar?
Oleh karena itu saudaraku, marilah kita kembali memahami makna hadits di atas, "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu". Melihat ke atas akan menjadikan leher kita terasa sakit, sedangkan melihat ke bawah akan terasa lebih nyaman. Marilah kita perbaiki kembali rasa syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan kepada kita. Semoga kita termasuk di antara hamba-hamba Allah yang bersyukur. Amin.
Sumber: moslemz.multiply
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment