Fenomena Ghawzul Fikri (perang pemikiran)

Good artikel.... Dan salah satu alat untuk melakukannya ya lewat media,

contoh ya televisi..bukankah begitu ?.....:) Sesungguhnya musuh yang paling

berbahaya adalah musuh yg tidak tampak, dan hebatnya lagi musuh yg tidak

tampak itu paling sering bekerjasama dengan hawa nafsu kita...... Jadi

pilihannya sebenarnya ada pada kita sendiri...

-------------

Seorang wanita berjilbab rapi tampak sedang bersemangat mengajarkan sesuatu

kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya

ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Sang guru berkata, "Saya punya

permainan...

Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada

penghapus.Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur.!",

jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!"

Murid munidnya pun mengerti dan mengikuti. Sang guru berganti-gantian

mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat.

Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata,

"Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah

"Penghapus" ,jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "Kapur!".

Dan dijalankanlah adegan seperti tadi, tantu saja munid-munid kerepotan dan

kelabakan, dan sangat sulit untuk merubahnya.. Namun lambat laun, mereka

bisaberadaptasi dan tidak lagi sulit. Selang beberapa saat, permainan berhenti

Sang guru tersenyum kepada murid-munidnya.

"Anak-anak, begituah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil

itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh

kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk membalik sesuatu,

dan yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sulit

bagi kita menenima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan

cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat pun kalian terbiasa dengan

hal itu. Dan kalian mulai mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah

berhenti membalik nilai".

"Pacaran tidak lagi sesuatu yang tabu, zina tidak lagi jadi persoalan,

pakaian mini menjadi hal yang lumrah, sex before married menjadi suatu

hiburan, berjilbab tapi telanjang jadi mode, materialistis dan permisive

kini menjadi suatu gaya hidup pilihan,dan lain lain."

"Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadani, kallan sedikit demi sedikit

menerimanya. Paham?" tanya thu Guru kepada murid-munidnya. "Paham buu..."

"Baik permainan kedua...."

Begitu Bu Guru melanjutkan. "Bu Guru punya Quran, Ibu letakkan di tengah

karpet. Nah, sekarang kalian berdiri di luar karpet. Permainannya adalah,

bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah tanpa menginjak

karpet?"

Murid-muridnya berpikir keras. Ada yang punya alternatif dengan tongkat,

danlain-lain. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, ia gulung karpetnya,

dan ambil Qur'annya. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet.

"Anak-anak, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. . Musuh-musuh islam

tidak akan menginjak-injak kalian dengan terang-terangan. .. Karena tentu

kalian akan menolaknya mentah-mentah. Preman pun tak akan rela kalau Islam

dihina di hadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan

dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar."

"Jika seseorang ingin membangun rumah yang kuat, maka dibangunnyalah

pondasi yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah

yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau

membongkar pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan

dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, lemari disingkirkan dulu satu persatu,

baru rumah dihancurkan" .

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam

terang-terangan, tapi I a akan perlahan-lahan mencopot kalian. Mulai dan

perangai kalian, cara hidup kalian, model pakaian kalian, dan lain-lain,

sehingga meskipun kalian muslim, tapi kalian telah meninggalkan ajaran

Islam dan mengikuti cara yg mereka... Dan itulah yang mereka inginkan."

"Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah

Yang dijalankan oleh musuh musuh kalian... Paham ànak-anak?" "Paham buu'

"Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Islam, Bu?"

tanya mereka.

"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terangan menyerang, semisal Perang

Salib,Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi."

"Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar,

akhirnya ambruk. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan

bangkit serentak, baru mereka akan sadar."

Paham anak-anak?" "Paham Buu.."

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan marl kita

Berdoa dahulu sebelum pulang..."

Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat

belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.

No comments: