Pesan untuk para orang tua

http://www.alsofwah.or.id

Setiap orang tua pasti menginginkan anak mereka sukses dalam studi, sehingga
do'a pun tidak pernah henti-hentinya mereka panjatkan kepada Allah subhanahu
wata`ala demi kesuksesan tersebut, di samping itu, mereka menyiapkan semua
kebutuhan dan fasilitas yang mendukung kesuksesan tersebut. Bahkan
mengiming-iminginya dengan hadiah-hadiah apabila sukses dalam ujian.

Begitu besar perhatian para orang tua terhadap studi, masa depan, dan
urusan-urasan dunia anak-anak mereka. Mereka benar-benar merasa bertanggung
jawab akan hal tersebut. Tapi sayangnya mereka tidak memiliki perhatian dan
rasa tanggung jawab atas akhirat anak-anak mereka sebesar perhatian dan rasa
tanggung jawab atas dunia anak mereka. Begitu pula dengan perhatian mereka
terhadap nasib anak-anak mereka setelah kematiannya, boleh jadi tidak
seperti perhatian mereka akan ketentraman dan kebahagian mereka di saat
hidup di dunia.

Tanggung jawab para orang tua terhadap anak-anak mereka seakan hanya
terbatas pada perkara dunia yang fana, dan terkesan mereka mengabaikan
perkara ukhrawi yang abadi.

Terbukti bahwa sebagian besar para orang tua memiliki cita-cita dan harapan
agar anak mereka dapat menjadi seorang dokter, insinyur, pilot, tentara, dan
lain-lain. Intinya adalah harapan duniawi belaka. Mereka beranggapan dengan
semua itulah anak-anak mereka dapat hidup dan meraih kebahagian.

Dan terbukti pula dari rasa kecewa yang sangat seandainya anak mereka
terlambat mengikuti ujian, sehingga mereka harus rela tidak tidur agar
anaknya tidak terlambat dan tertinggal pada saat ujian sekali lagi demi
sebuah kesuksesan dan masa depan sang anak. Tetapi jarang di antara para
orang tua yang menyesal dan kecewa saat anak mereka terlambat shalat Subuh
seperti penyesalan dan rasa kecewa mereka tatkala anak mereka tertinggal
ujiannya atau gagal dalam ujian. Bahkan para orang tua selalu bertanya
setiap hari kepada anak-anaknya tentang ujiannya. Apa yang mereka kerjakan,
bagaimana mereka menjawab, dan semoga jawabannya benar? Apakah mereka pernah
bertanya kepada anak mereka setiap harinya tentang perkara agamanya? Sudah
shalat belum? Dengan siapa berteman? Dan apakah pernah bertanya kepada
anak-anak mereka saat mereka tidak ada di rumah seharian, di mana mereka?

Para orang tua merasa begitu terpukul dan merasa gundah gulana ketika mereka
tahu bahwa anak-anak mereka bermalas-malasan dalam ujian, tetapi tidak
bersedih dan tertuntut ketika anak-anak mereka bermalas-malasan dalam
menjalankan sunnah dan kewajiban agama mereka. Mereka berikan dan penuhi
semua yang diinginkan anak-anak mereka, dan mereka melarangnya sementara
dari hiburan-hiburan, seperti menonton video, televisi, koran, majalah
supaya tidak melalaikan mereka dari menghafal dan menyiapkan ujian.

Sedikit sekali di antara para orang tua yang memikirkan untuk anak-anak
mereka tentang ujian yang tidak memiliki gelombang kedua. Tidak dapat
diulang jika gagal, atau 'diher' jika ada materi-materi yang tidak mencapai
target. Pilihan yang ada hanyalah lulus atau gagal. Gagal berarti dimasukkan
dan menetap di dalam Neraka. Ini juga artinya adalah kerugian yang nyata dan
siksa yang hina. Apakah mungkin ijazah, sertifikat prestasi, piagam
penghargaan, kedudukan dan kekayaan dapat menyelamatkan mereka dari adzab
Allah Ta`ala. Atau memberi syafa'at ketika mereka menerima kitab catatan
amal mereka dengan tangan kiri mereka? Kemudian berteriak dengan
sekencang-kencangny a, sebagaiman firman Allah Ta`ala, artinya,"Wahai kiranya
kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak
memberi manfaat kepadaku.Telah hilang kekuasaan dariku". (QS. al-Haqqah:
27-29).

Semua ini bukan berarti para orang tua meremehkan atau menelantarkan
anak-anak mereka. Tetapi semata-mata untuk mengingatkan bahwa akhirat
anak-anak mereka lebih utama untuk diperhatikan dan diusahakan, serta lebih
berhak untuk diamalkan.

Teramat langka rasanya kalau ada Orang tua yang bersungguh-sungguh
mencarikan seorang guru privat atau ustadz untuk mengajari anak-anak mereka
al-Qur'an dan sunnah. Yang ada para orang tua saat ini dalam mengekspresikan
rasa cinta dan kasih sayang mereka kepada anak mereka berupa menyediakan
pembantu, supir, mobil yang siap melayani mereka setiap saat. Bahkan
menyiapkan untuk mereka rumah yang penuh dengan hiburan-hiburan yang
diharamkan dan melalaikan mereka dari mengingat Allah Azza Wa Jalla dan
ta'at kepada-Nya. Mungkin seribu satu dari para orang tua yang memberikan
hadiah/ penghargaan saat anak mereka menghafal beberapa juz dari al-Qur'an
atau belajar hadits-hadits Nabi shallallahu `alaihi wasallam.

Sebagian orang tua menjanjikan anak-anak mereka berlibur keliling dunia,
mengunjungi pantai-pantai dan tempat-tempat rekreasi lainnya di seluruh
dunia atau membelikan mereka mobil mewah apabila mereka lulus. Tetapi tidak
pernah sekalipun menjanjikan anak-anak mereka, apabila sukses menghafal
al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi shallallahu `alaihi wasallam, sukses
melaksanakan haji dan lain-lain. Walhasil, seperti apa yang kita lihat,
al-Qur'an mereka ganti dengan majalah dan koran. Shalat diganti dengan
menonton konser musik. Majlis ta'lim diganti dengan tempat-tempat hiburan,
dan hasilnya muncullah generasi seperti binatang, sebagaimana firman Allah
Ta`ala, artinya, "Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai." (QS. al-A'raf: 179)

Maka hendaklah kita sebagai orang tua benar-benar memperhatikan kehidupan
akhirat anak kita. Adapun langkah-langkah yang harus kita lakukan dalam hal
ini di antaranya :

a.. Memperbaiki diri kita sendiri, sehingga kita benar-benar menjadi orang
tua yang shalih dan patut untuk diteladani. Karena pada keshalihan kita dan
dengannya pula, anak-anak kita akan istiqomah dan senantiasa dijaga oleh
Allah subhanahu wata`ala. Allah Ta`ala berfirman, artinya, "Sedang ayahnya
adalah seorang yang shalih"(QS. al-Kahfi: 82).

b.. Menjadikan Tarbiyah Islamiyah (pendidikan Islam) sebagai tujuan utama
dan orientasi kita dalam mendidik anak-anak kita dan bukan berarti melarang
mereka untuk belajar ilmu-ilmu tehnik keduniaan, hanya saja porsi yang
diberikan tidak sebesar perhatian kita kepada akhirat mereka. Allah
subhanahu wata`ala berfirman, artinya, "Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. al-Qashash: 77)

c.. Hendaklah kita bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla dalam menjaga
kemashlahatan mereka baik di dunia maupun di akhirat, karena anak-anak kita
adalah amanah yang akan Allah Ta`ala pinta pertaggung-jawabann ya. Rasulullah
shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang hamba diberikan
kepemimpinan oleh Allah Ta`ala ia mati sedangkan pada saat matinya
ia berbuat curang terhadap rakyatnya (yang dipimpin), melainkan Allah akan
mengharamkan surga baginya." (Muttafaq 'Alaih)

Hendaklah para orang tua memperhatikan kisah Luqman yang diabadikan Allah
tabaraka wa ta`ala dalam al-Qur'an tentang wasiat yang ia sampaikan kepada
anaknya tercinta. Betapa Luqman menyeru anaknya kepada sesuatu yang
membuatnya dapat meraih kebahagian hidup yang hakiki serta menyelamatkannya
dari adzab yang pedih, yakni melarang anaknya dari menyekutukan Allah
Ta`ala, artinya, "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya kesyirikan merupakan kezhaliman yang besar." (QS. Luqman: 13).
Ia menunjukkan kepadanya bahwa yang dapat menyelamatkan dari adzab Allah
subhanahu wata`ala adalah dengan menjauhkan syirik dan bersegera mengerjakan
ibadah kepada Allah Ta`ala dengan mendirikan shalat, memerintahkan pada
kebaikan, mencegah kemungkaran sebagaimana firman Allah Ta`ala artinya, "Hai
anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar." (QS. Luqman:17), Serta
menyuruhnya untuk berakhlak yang baik, yang dengannya dirinya akan menjadi
mulia dan tinggi kedudukannya, dan melarangnya bersikap sombong terhadap
manusia dan merendahkan mereka, sebagaimana firman Allah Ta`ala, artinya,
"Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. 31:18). Dan berjalan
di bumi Allah Ta`ala dengan rendah hati dan lembut dalam berbicara,
sebagaimana firman Allah Ta`ala, artinya, "Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah
suara keledai." (QS. Luqman: 19)

d.. Hendaklah orang tua mengetahui dan mengajarkan anaknya bahwa dunia ini
adalah fana dan dia bak fatamorgana yang mengelabui mata. Dan bahwa
kusuksesan yang hakiki adalah membatasi diri dan keinginan hanya pada
sesuatu yang diridhai Allah ta`ala, bertakwa dan ta'at kepada-Nya.

e.. Hendaklah para orang tua bersungguh-sungguh dalam mendidik dan menjaga
mereka dari hal-hal yang merusak serta tidak menyia-nyiakan mereka sebelum
datang penyesalan yang tidak ada arti dan sebelum kehinaan menimpa mereka
pada hari yang tidak ada gunanya lagi semua yang disesali. Wallahu Ta'ala
a'lam.

Oleh: Abu Nabiel Muhammad Ruliyandi

Sumber: Disadur dari artikel yang berjudul "Risalah Ila Ba'dhi al-Abaa',"
Daar al-Qasim, Riyadh Muraji': Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin,

1 comment:

harga jual motor honda beat said...

emang sudah menjadi tanggungjawab orang tua untuk mendidik
jika tidak nanti si anak diakhirat akan menuntut orang tuanya