Kembali ke Muka Bumi
Seluruh penambang Cile, yang terperangkap di bawah tanah selama 69 hari, sukses diangkat ke permukaan tanah dengan selamat. Rabu malam waktu setempat, orang terakhir diangkat dari kedalaman tanah.
Luis Urzua, mandor yang memotivasi para penambang di hari-hari sebelum mereka ditemukan, tiba dengan mulus menembus lapisan bebatuan setebal lebih dari 600 meter. Dialah pamungkas operasi penyelamatan selama 22 setengah jam yang berlangsung sigap dan mulus. Luis adalah orang ke-33 yang dinaikkan ke permukaan bumi, dan sudah ditunggu 2000 orang yang lantas bersyukur dan bersorak.
"Tujuh puluh hari perjuangan kami tak sia-sia," kata Luis kepada Presiden Cile Sebastian Pinera. "Kami kuat, kami punya semangat, kami berjuang untuk keluarga kami." Sang Presiden menjawab, "Kau sudah berbeda sekarang, dan negeri ini pun tak lagi sama setelah peristiwa ini. Anda adalah inspirasi. Nah, peluklah istri dan putrimu." Pinera lalu memimpin khalayak menyanyikan lagu kebangsaan.
Para penambang itu diangkut dari bawah tanah dengan kapsul yang diberi nama Phoenix. Tingginya hampir empat meter dengan lebar sedikit melebihi bentang dua bahu. Kapsul itu dicat putih, biru, merah, warna-warna bendera nasional Cile. Pintu kapsul itu beberapa kali tersangkut, beberapa roda harus diganti selama proses penyelamatan, tapi semua itu sudah diperhitungkan.
Proses pengangkutan itu dimulai pada Selasa tengah malam melalui satu-satunya lubang yang berhasil digali menembus. Kapsul Phoenix rata-rata menyelam kembali ke dalam tanah setiap 25 menit, untuk mengangkut para pria yang terhalang batu runtuhan batu 700 ribu ton yang kolaps pada 5 Agustus lalu.
Di bawah sana, ada anggota pasukan penyelamat yang lebih dulu diturunkan. Tugasnya adalah berbincang dengan orang yang akan diangkut, agar ia tenang menikmati perjalanan naik. Para pekerja tambang itu dimonitor melalui video selama perjalanan naik. Topeng oksigen dipasangkan, kacamata hitam Oakley dikenakan untuk melindungi mata mereka dari cahaya matahari yang sudah absen dua bulan dari mata. Mereka juga memakai baju hangat untuk menyambut dinginnya udara padang pasir di atas sana.
Tiap kapsul mendekati permukaan, kamera yang dipasang di atas kapsul memperlihatkan terangnya titik cahaya dari atas. Para pekerja tambang yang selamat mengingatnya bagai cahaya di ujung terowongan kehidupan.
Berbagai cara diekpresikan para pekerja tambang yang tiba di permukaan. Ada yang mengepalkan tangan ke atas, ada pula yang menendang-nendang bola seperti Franklin Lobos, yang memang bermain untuk timnas Cile pada 1980-an.
Seorang di antara para pekerja tambang adalah warga negara Bolivia bernama Carlos Mamani. Presiden Pinera dan Presiden Bolivia Evo Morales menjenguknya di klinik. Kepada Pinera, Mamani mengatakan bersyukur bisa menghirup udara segar lagi dan kembali bisa melihat bintang-bintang.
Para pekerja itu langsung diobservasi di rumah sakit. Menurut Menteri Kesehatan Jaime Manalich, ada yang bisa segera pulang pada Kamis ini, ada pula yang masih harus tinggal dengan keluhan tak bisa tidur, ingin berbincang dengan keluarga, dilanda kecemasan. Satu orang dirawat karena pneumonia, dan dua orang butuh perawatan gigi. "Mereka tak sedikit pun bisa istirahat sebelum tahu teman terakhir mereka sudah diselamatkan," kata Manalich.
Dalam catatan sejarah, tak ada yang selamat selama ini setelah terperangkap di bawah tanah. Selama 17 hari pertama, tak ada yang tahu bahwa ke-33 pekerja itu masih hidup. Hari-hari berikutnya, dunia pun tahu bagaimana kuatnya daya tahan dan rasa kebersamaan mereka.
Di Cile, suksesnya penyelamatan itu disambut meriah. Mobil-mobil membunyikan klakson di Santiago, ibu kota negeri itu. Di Copiapo, tempat tinggal 24 dari 33 pekerja tambang itu, sekolah-sekolah bahkan diliburkan sebagai tanda bersyukur.
Sejumlah televisi internasional menyiarkan langsung proses penyelamatan itu. Dari doa Paus Benediktus dari Spanyol, televisi pemerintah Iran yang mengikuti langsung proses itu, hingga kru televisi Rusia, Jepang dan Korea Utara yang menunggui di lokasi.
Sejak mereka diketahui hidup, sejumlah dokter konstan memonitor kondisi mereka. Awalnya melalui catatan yang dikirim ke muka bumi, yang lalu menjadi laporan lewat video. Salah satu pekerja tambang yang paling sering muncul di televisi karenanya adalah Mario Sepulveda.
Maka, sesudah para pekerja tambang bergabung ke dunia atas, setumpuk undangan pun menunggu mereka. Ke jamuan makan kenegaraaan, tawaran liburan gratis, wawancara di entah berapa banyak stasiun televisi. Tawaran kerja, tawaran menulis buku hingga tawaran main film pun mengantre.
Tapi Sepulveda tak ingin hanyut. Di sebuah stasiun televisi yang mengundangnya bersama keluarganya, ia menegaskan, "Satu-satunya yang saya minta dari Anda adalah jangan memperlakukan saya seperti artis atau jurnalis, tapi tetap sebagai seorang pekerja tambang. Saya dilahirkan sebagai penambang, dan akan mati sebagai pekerja tambang."
AP; Foto: AP/Jorge Saenz
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
subhanallah......
subhanallah, semua terjadi atas kehendakNYA,
Visit my Hosting Palembang
Post a Comment