Hati-Hati..! Syirik Dalam Lagu Cinta

Ditulis oleh Heri Setiawan

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman: 13)

Lagu-lagu pop Indonesia semakin hari semakin “mencengangkan”, mulai dari lirik lagu yang terkesan “menuhankan” cinta sampai kepada penampilan serta aksi-aksi yang sangat-sangat keluar batas dan membuat terlena akan tujuan hidupnya. Memang sih dari segi kemajuan blantika musik Indonesia, kita mungkin terdepan…tapi dari segi moralitas anak muda, mungkin kita juga yang terbobrok… Apakah kemajuan musik mempengaruhi moralitas generasi penerus bangsa..? Wallahu a’lam…

Lagu cinta memang melenakan, terutama bagi mereka yang baru jatuh cinta atau putus cinta… Karena keterlenaan itulah mereka tidak sadar kalau lagu-lagu yang mereka nyanyikan bisa membuat mereka jatuh pada kesyirikan. Saya coba googling mencari lirik-lirik lagu percintaan yang mengandung unsur syirik, menduakan Allah dengan “cinta” dan “kekasih” yang sifatnya cuma sementara.

Dan ini adalah beberapa contoh lirik lagu percintaan bermasalah:

Kubiarkan senyumku menari di udara
Biar semua tahu kematian tak mengakhiri cinta
Apalah artinya hidup, tanpa kekasihku
Percuma ku ada disini
(agnes monica-tanpa kekasihku)

Hanya cinta yang mampu begitu
Tiada di dunia yang dapat buatku merasa
Yang kucoba katakan tak dapat hidup tanpamu
(Same Same/Ft. Audy – Without You)

Bagaimana mestinya membuatmu jatuh hati kepadaku
T’lah kutuliskan sejuta puisi meyakinkanmu membalas cintaku
Haruskah ku mati karenamu, terkubur dalam kesedihan sepanjang waktu
Haruskah kurelakan hidupku hanya demi cinta yang mungkin bisa membunuhku
(Ada Band- Haruskah Kumati)

Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu
Bagai panas tanpa hujan
(Dewa – Risalah hati)

Engkaulah hidupku
Hidup dan matiku
Tanpa dirimu
aku menangis
Kukenang dirimu
(Ari Lasso-Lirih)

Entah dimana dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Apakah disana kau rindukan aku
Seperti diriku yang selalu merindukanmu
Selalu merindukanmu
Tak bisa aku ingkari
Engkaulah satu-satunya
Yang bisa membuat jiwaku
Yang pernah mati
Menjadi berarti
(Ari Lasso-Hampa)

Aku… ku begitu menginginkanmu
Takkan mampu hidup tanpamu
Mengertilah
(Tahta-Tempat Yang Paling Indah)

Disini sendiri jauh darimu
Kulewati malam sepi menghujam
Tanpamu kurasakan mati
Tak seperti saat kau disisi
Ku merindukanmu..
(??? – Merindukanmu)

So what the next..?
Bagi temen-temen sesama anak muda , hindarilah lagu-lagu cinta yang sementara itu… Kalau bisa tinggalkanlah sepenuhnya…kalau belum bisa, alihkanlah ke lagu yang lebih baik yang bisa mengingatkan kepada pemberi cinta sejati… Okey…

Abah tambahin dikit:
Oh Malunya Hati ini Bila Kuingat Saat Itu
Kami Hanya Saling Berpandang dan TerDiam Terpaku
Oh Bulan Tolonglah Daku Katakan Padanya
Kucinta Dia
(Reza-Dia)

Pada bintang dan rembulan, kuberjanji setia selalu
Setulus hatimu semurni cintamu
Sayang percayalah aku
Engkau kan kusayang selama hidupku
Sayang percayalah aku
(Arie kusmiran-Setulus hatimu semurni cintamu)

Sejak ku mengenal dikau
Dunia nampak indah kemilau
Aku hidup hanya untukmu
Jangan jangan jangan tingggalkan daku
Adinda oh sayang adinda
Cintamu tiada duanya
Adinda oh buah hatiku
Kau dan aku selalu satu
Adinda dikaulah embun pagi
Adinda dikaulah matahari
(Bimbo-Adinda)

I swear by the moon
and the stars in the sky i'll be there
I swear like the shadow that's by your side
I'll be there
for better or worse
till death do us part
I'll love you with every beat of my heart
I swear
(All 4 one-I swear)

Surat pembaca adalah suara rakyat (juga)..


Andai Najwa Shihab tak mentweet surat pembaca Hendra NS ini, mungkin ceritanya akan berbeda. Dunia maya memang luar biasa. Dengan cepat sebuah isu langsung menggelinding bak bola liar.
Kemudian mediapun menyambut. Langsung saja surat pembaca Hendra NS ini ramai diperbicangkan, bahkan seorang Presiden SBY menanggapi serius. Sebenarnya seperti apa sih isi surat pembaca tersebut?
Berikut isi lengkap surat pembaca Hendra NS yang dimuat di harian Kompas Jumat 16 Juni 2010.
Sebagai tetangga dekat Pak SBY, hampir saban hari saya menyaksikan arogansi Patroli dan Pengawalan (Patwal) iring-iringan Presiden di jalur Cikeas-Cibubur sampai Tol Jagorawi. Karena itu, saya --juga mayoritas pengguna jalan itu-- memilih menghindar dan menjauh bila terdengar sirene Patwal.
Namun, kejadian Jumat (9/7) sekitar pukul 13.00 WIB di Pintu Tol Cililitan (antara Tol Jagorawi dan tol dalam kota) sungguh menyisakan pengalaman traumatik, khususnya bagi anak perempuan saya. Setelah membayar tarif tol dalam kota, terdengar suara sirene dan hardikan lewat mikrofon untuk segera menyingkir. Saya pun sadar, Pak SBY atau keluarganya akan lewat. Saya dan pengguna jalan lain memperlambat kendaraan, mencari posisi berhenti paling aman.
Tiba-tiba muncul belasan mobil Patwal membuat barisan penutup semua jalur, kira-kira 100 meter setelah Pintu Tol Cililitan. Mobil kami paling depan. Mobil Patwal yang tepat di depan saya dengan isyarat tangan memerintahkan untuk bergerak ke kiri. Secara perlahan, saya membelokkan setor ke kiri.
Namun, muncul perintah lain lewat pelantam suara untuk menepi ke kanan dengan menyebut merek dan tipe mobil saya secara jelas. Saat saya ke kanan, Patwal di depan murka bilang ke kiri. Saya ke kiri, suara dari pelantam membentak ke kanan. Bingung dan panik, saya pun diam menunggu perintah mana yang saya laksanakan.
Patwal di depan turun dan menghajar kap mesin mobil saya dan memukul spion kanan sampai terlipat. Dari mulutnya terdengar ancaman, "Apa mau Anda saya bedil?"
Setelah menepi di sisi paling kiri, polisi itu menghampiri saya. Makian dan umpanan meluncur tanpa memberi saya kesempatan bicara. Melihat putri saya ketakutan, saya akhirnya mendebatnya. Saya jelaskan situasi tadi. Amarahnya tak mereda, malah terucap alasan konyol tak masuk akal seperti "dari mana sumber suara speaker?", atau "mestinya kamu ikuti saya saja", atau "tangan saya sudah mau patah gara-gara memberi tanda ke kiri".
Permintaan saya dipertemukan dengan oknum pemberi perintah dari pelantam tak digubris. Intimidasi hampir 10 menit yang berlangsung tepat di depan Kantor Jasa Marga itu tak mengetuk satu pun dari anggota Patwal lain yang menyaksikan kejadian itu. Paling tidak, menunjukkan diri sebagai pelayan pelindung masyarakat.
Karena dialog tak kondusif, saya buka identitas saya sebagai wartawan untuk mencegah oknum melakukan tindak kekerasan. Ia malah melecehkan profesi wartawan dan tak mengakui perbuatannya merusak mobil saya. Identitasnya tertutup rompi. Oknum ini malah mengeluarkan ocehan, "Kami ini tiap hari kepanasan dengan gaji kecil. Emangnya saya mau kerjaan ini?"
Saat rombongan SBY lewat, ia segera berlari menuju mobil PJR-nya, mengikuti belasan temannya meninggalkan saya dan putri saya yang terbengong-bengong.
Pak SBY yang kami hormati, mohon pindah ke Istana Negara sebagai tempat kediaman resmi presiden. Betapa kami saban hari sengsara setiap Anda dan keluarga keluar dari rumah di Cikeas. Cibubur hanya lancar buat Presiden dan keluarga, tidak untuk kebanyakan warga.
HENDRA NS
Cibubur
-------------------
Saluut pak Hendra, kalau tidak disentil.. barangkali mereka tidak merasakan bagaimana rasanya jadi warga biasa yang hanya bisa terbengong-bengong menunggu dalam kemacetan rombongan pejabat mau lewat.
Jaman dulu 10-20 tahun yang lalu kalau kebetulan tidak sengaja saya melihat iring-iringan mobil presiden lewat kayaknya beruntung banget bisa 'merasa seolah melihat' bapak presiden dalam mobilnya, bangga diceritakan pada keluarga dirumah tadi melihat iringan mobil RI1 di jalan.
Tapi sekarang, kalau kebetulan tidak sengaja berpapasan dengan iring-iringan mobil presiden lewat, kok rasanya lain ya?... bawa'annya lemes. harus menunggu lama, atau harus cepat-cepat nyingkir atau berhenti.. alias rada takut... kenapa bisa beda rasa gitu ya?

Kisah Nyata Seorang OB menjadi Vice President Citibank


Sungguh sebuah karunia yang luar biasa bagi saya bisa bertemu dengan seorang yang memiliki pribadi dan kisah menakjubkan. Dialah Houtman Zainal Arifin, seorang pedagang asongan, anak jalanan, Office Boy yang kemudian menjadi Vice President Citibank di Indonesia. Sebuah jabatan Nomor 1 di Indonesia karena Presiden Direktur Citibank sendiri berada di USA.
Tepatnya 10 Juni 2010, saya berkesempatan bertemu pak Houtman. Kala itu saya sedang mengikuti training leadership yang diadakan oleh kantor saya, Bank Syariah Mandiri di Hotel Treva International, Jakarta. Selama satu minggu saya memperoleh pelatihan yang luar biasa mencerahkan, salah satu nya saya peroleh dari Pak Houtman. Berikut kisah inspirasinya:
Sekitar tahun 60an Houtman memulai karirnya sebagai perantau, berangkat dari desa ke jalanan Ibukota. Merantau dari kampung dengan penuh impian dan harapan, Houtman remaja berangkat ke Jakarta. Di Jakarta ternyata Houtman harus menerima kenyataan bahwa kehidupan ibukota ternyata sangat keras dan tidak mudah. Tidak ada pilihan bagi seorang lulusan SMA di Jakarta, pekerjaan tidak mudah diperoleh. Houtman pun memilih bertahan hidup dengan profesi sebagai pedagang asongan, dari jalan raya ke kolong jembatan kemudian ke lampu merah menjajakan dagangannya.
Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan cita-cita dan impian. Suatu ketika Houtman beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia memperhatikan kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan Jakarta. Para penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan berpendingin, berpakaian necis dan tentu saja memiliki uang yang banyak. Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah cita-cita dan tekad diazamkan dalam hatinya.
Azam atau tekad yang kuat dari Houtman telah membuatnya ingin segera merubah nasib. Tanpa menunggu waktu lama Houtman segera memulai mengirimkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia ketahui. Bila ada gedung yang menurutnya bagus maka pasti dengan segera dikirimkannya sebuah lamaran kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berdagang asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja.
Sampai suatu saat Houtman mendapat panggilan kerja dari sebuah perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di Dunia, The First National City Bank (citibank), sebuah bank bonafid dari USA. Houtman pun diterima bekerja sebagai seorang Office Boy. Sebuah jabatan paling dasar, paling bawah dalam sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja dan ruangan lainnya.
Tapi Houtman tetap bangga dengan jabatannya, dia tidak menampik pekerjaan. Diterimanyalah jabatan tersebut dengan sebuah cita-cita yang tinggi. Houtman percaya bahwa nasib akan berubah sehingga tanpa disadarinya Houtman telah membuka pintu masa depan menjadi orang yang berbeda.
Sebagai Office Boy Houtman selalu mengerjakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela membantu para staf dengan sukarela. Selepas sore saat seluruh pekerjaan telah usai Houtman berusaha menambah pengetahuan dengan bertanya tanya kepada para pegawai. Dia bertanya mengenai istilah istilah bank yang rumit, walaupun terkadang saat bertanya dia menjadi bahan tertawaan atau sang staf mengernyitkan dahinya. Mungkin dalam benak pegawai ”ngapain nih OB nanya-nanya istilah bank segala, kayak ngerti aja”. Sampai akhirnya Houtman sedikit demi sedikit familiar dengan dengan istilah bank seperti Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, Kliring, dll.
Suatu saat Houtman tertegun dengan sebuah mesin yang dapat menduplikasi dokumen (saat ini dikenal dengan mesin photo copy). Ketika itu mesin foto kopi sangatlah langka, hanya perusahaan perusahaan tertentu lah yang memiliki mesin tersebut dan diperlukan seorang petugas khusus untuk mengoperasikannya. Setiap selesai pekerjaan setelah jam 4 sore Houtman sering mengunjungi mesin tersebut dan minta kepada petugas foto kopi untuk mengajarinya. Houtman pun akhirnya mahir mengoperasikan mesin foto kopi, dan tanpa di sadarinya pintu pertama masa depan terbuka. Pada suatu hari petugas mesin foto kopi itu berhalangan dan praktis hanya Houtman yang bisa menggantikannya, sejak itu pula Houtman resmi naik jabatan dari OB sebagai Tukang Foto Kopi.
Menjadi tukang foto kopi merupakan sebuah prestasi bagi Houtman, tetapi Houtman tidak cepat berpuas diri. Disela-sela kesibukannya Houtman terus menambah pengetahuan dan minat akan bidang lain. Houtman tertegun melihat salah seorang staf memiliki setumpuk pekerjaan di mejanya. Houtman pun menawarkan bantuan kepada staf tersebut hingga membuat sang staf tertegun. “bener nih lo mo mau bantuin gua” begitu Houtman mengenang ucapan sang staff dulu. “iya bener saya mau bantu, sekalian nambah ilmu” begitu Houtman menjawab. “Tapi hati-hati ya ngga boleh salah, kalau salah tanggungjawab lo, bisa dipecat lo”, sang staff mewanti-wanti dengan keras. Akhirnya Houtman diberi setumpuk dokumen, tugas dia adalah membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen lainnya pada kolom tertentu. Stempel tersebut harus berada di dalam kolom tidak boleh menyimpang atau keluar kolom. Alhasil Houtman membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena dia sangat berhati-hati sekali. Selama mengerjakan tugas tersebut Houtman tidak sekedar mencap, tapi dia membaca dan mempelajari dokumen yang ada. Akibatnya Houtman sedikit demi sedikit memahami berbagai istilah dan teknis perbankan. Kelak pengetahuannya ini membawa Houtman kepada jabatan yang tidak pernah diduganya.
Houtman cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik. Dia pun ringan tangan untuk membantu orang lain, para staff dan atasannya. Sehingga para staff pun tidak segan untuk membagi ilmu kepadanya. Sampai suatu saat pejabat di Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank karena prestasi dan kompetensi yang dimilikinya, padahal Houtman hanyalah lulusan SMA.
Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai Bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial. Bagaimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten. Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya, “jika masuk OB, ya pensiun harus OB juga” begitu rekan sesama OB menggugat.
Houtman tidak patah semangat, dicibir teman-teman bahkan rekan sesama staf pun tidak membuat goyah. Houtman terus mengasah keterampilan dan berbagi membantu rekan kerjanya yang lain. Hanya membantulah yang bisa diberikan oleh Houtman, karena materi tidak ia miliki. Houtman tidak pernah lama dalam memegang suatu jabatan, sama seperti ketika menjadi OB yang haus akan ilmu baru. Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. Sehingga karir Houtman melesat bak panah meninggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang mengajarinya tentang istilah bank.
19 tahun kemudian sejak Houtman masuk sebagai Office Boy di The First National City Bank, Houtman mencapai jabatan tertingginya yaitu Vice President. Sebuah jabatan puncak citibank di Indonesia. Jabatan tertinggi citibank sendiri berada di USA yaitu Presiden Director yang tidak mungkin dijabat oleh orang Indonesia.
Sampai dengan saat ini belum ada yang mampu memecahkan rekor Houtman masuk sebagai OB pensiun sebagai Vice President, dan hanya berpendidikan SMA. Houtman pun kini pensiun dengan berbagai jabatan pernah diembannya, menjadi staf ahli citibank asia pasifik, menjadi penasehat keuangan salah satu gubernur, menjabat CEO di berbagai perusahaan dan menjadi inspirator bagi banyak orang .
(Kisah Nyata Houtman Zainal Arifin, disampaikan dalam training Leadership bank Syariah Mandiri)

Ini yang namanya tukang becak profesional


Ini mungkin hanya di Yogya. Seorang tukang Becak di Yogyakarta, Pak Hari namanya,dia setiap hari membawa laptop setiap kali pergi ke tempat kerja sebagai pengayuh becak. Bukan itu saja, selain memiliki laptop, ternyata Pak hari ini juga memiliki Account Facebook dan Twitter bahkan acount yang lain. Sehingga wajar jika pelangganya banyak di dominasi oleh turis-turis asing yang memang banyak di Kota Yogyakarta. Biasanya para turis tersebut memesan becak Pak Hari ini lewat facebook atau twitter untuk pergi keliling Yogya atau keluar dari hotel untuk jalan-jalan atau keperluan lain. Jangan sepelekan tukang becak di Yogya! Bukan hanya pintar bahasa Inggris dan Belanda, tetapi Blasius Haryadi atau akrab dipanggil Mas Hari, malah menggunakan dunia maya sebagai sarana komunikasi dengan pelanggan. Langganannya bukan hanya di Yogya, tetap juga mancanegara. Mas Hari (42), biasa mangkal di kampung turis Prawirotaman Kota Yogya. Pria yang sudah puluhan tahun menjalani kehidupan sebagai tukang becak ini, ternyata punya cara tersendiri dibandingkan tukang becak lainnya.Alumnus SMA De Brito Yogya tahun 88 ini, selain fasih bahasa Inggris juga bahasa Belanda. Di sela-sela menjalani kesibukannya membecak dengan berselancar di dunia maya. Melalui pertemanan jejaring sosial di internet, seperti facebook, twitter, Flixster atau Tagged, ini mendapatkan langganan wisatawan asing.